Sekaa Gong Dharma Pradangga, Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng tampil sukses memukau ribuan penonton dalam gelaran Utsawa (Parade) Gong Kebyar Dewasa, Pesta Kesenian Bali ke - 46 dengan membawakan garapan Fragmentari "Ngeraja Singa" di Panggung Terbuka Ardha Candra, Denpasar, Sabtu, (22/6).
Pembina Sekaa Gong Dharma Pradangga, Komang Trisna Ardiana mengungkapkan bahwa Sekaa Gong yang sudah memulai latihan sejak 14 Januari lalu, membawakan beberapa garapan seperti Tabuh Kreasi Pepanggulan "Gagak Gora", Tari Wiranjaya, dan Fragmentari "Ngeraja Singa" dengan mebarung bersama Sekaa Gong Batur Mahaswara Duta Kabupaten Gianyar.
Ardiana menjelaskan konsep dari Fragmentari Ngeraja Singa mengisahkan seorang raja yang berwatak seperti singa. Di mana singa itu adalah hewan yang dengan haus kepuasan atau kekuasaan yang dikaitkan dengan kisah Ki Barak Panji Sakti.
"Garapan ini di adopsi dari kisah Ki Barak Panji Sakti dari lahir beliau kita ceritakan sampai akhirnya berperang menyerang ke Belambangan,"jelasnya.
Selain garapan Fragmentari yang disambut meriah oleh Penonton, Garapan tabuh Gagak Gora yang mengisahkan pandangan kepada Burung Gagak memiliki seni tinggi yang bisa membuat sarang sehingga terlihat cantik, dan burung gagak ini juga di kenal sebagai kesadaran sensorik dengan mengombinasikan dengan pola gending kekebyaran dan lelongoran tradisional khas Buleleng.
Tidak hanya itu, juga ditampilkan Tari Wiranjaya yang merupakan tari kakebyaran Buleleng yang terdapat di daerah Dauh Enjung, dimana tari ini diciptakan oleh seniman asli Bali utara yang kerap di panggil Nang Ayon atau Bapak I Ketut Merdana dan di kembangkan oleh Putu Sumiasa pada tahun 1957.
"Astungkara penampilan kita berjalan baik dan tidak mengecewakan penonton, karena ini mengambil cerita sejarah buleleng,"tutupnya. (Ag)