Menurunnya angka prevalensi stunting di Kabupaten Buleleng dari 11% (2022) menjadi 6,2% (2023), menjadi tantangan buat pemerintah agar konsisten menurun sesuai target yg direncanakan. Oleh karena itu tantangan ini harus ditangani secara terukur, terarah dan akuntable melalui kerja nyata, salah satunya dengan mengoptimalkan kunjungan bayi ke posyandu.Sehingga secara tidak langsung akan mendapat data yang akurat dan penanganan bisa optimal untuk mengejar target dari Provinsi Bali sebesar 5,2% pada tahun ini.
Demikian disampaiakan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng yang juga selaku Ketua Tim Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa saat membuka kegiatan Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting yang turut dihadiri oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dan Tim Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Buleleng bertempat di Gedung Unit IV Kantor Bupati Buleleng, Selasa (7/5).
Sekda Suyasa menjelaskan bahwasannya stunting merupakan urusan kesehatan yang esensial dan berdampak jangka panjang bagi generasi masa depan daerah kita ini, maka untuk penanganannya juga perlu melibatkan banyak pihak dan banyak aspek secara berkelanjutan seperti aspek kesehatan, aspek keluarga maupun aspek prilaku, artinya intervensi perlu dilakukan secara terpadu dan butuh komitmen kuat dari semua stakeholder.
"Maka dari itu, hari ini seluruh stakeholder kita hadirkan dengan tujuan agar dapat menyamakan persepsi, membuat rencana kerja serta rencana aksi yang lebih cepat dan terukur yang salah satu membantu peningkatan gizinya," ujarnya.
Sekda Suyasa berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan harapan dan keyakinan bahwa buleleng mampu menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas serta berdaya saing. Sehingga target pravelensi stunting dari provinsi bisa dicapai.
"Dengan aksi nyata yang kita lakukan, salah satunya dengan memaksimalkan kehadiran bayi ke posyandu dan peningkatan gizi yang optimal, kita optimisi target itu bisa dicapai," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi Perwakilan BKKBN Provinsi Bali Debby Marta Legi mengatakan melihat dari hasil Studi Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Bali menjadi Provinsi dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia yaitu sebesar 7,2%, sedangkan di Kab. Buleleng juga telah menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan penurunan prevalensi stunting dari 11% (2022) menjadi 6,2% (2023). Adapun target penurunan stunting di Provinsi Bali yang harus kita capai untuk tahun 2024 sebesar 6,15% dan target untuk Kab. Buleleng pada tahun 2024 adalah 5,2%.
Pihaknya menekankan untuk dapat mencapai ini, harus diupayakan dengan maksimal. Pemerintah daerah harus mampu memprioritaskan sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan cakupan pelayanan kepada kelompok sasaran Percepatan Penurunan Stunting yang meliputi sasaran super prioritas adalah ibu hamil dan anak usia 0-24 bulan/ bawah dua tahun (Baduta) dan sasaran prioritas adalah calon pengantin. Oleh sebab itu, dalam penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting dibutuhkan pendekatan intervensi yang komprehensif melalui program SIDAK (Seleksi, Dampingi dan Aksi) .
"Melihat situasi saat ini saya mengharapkan kepada seluruh Tim Percepatan Penurunan Stunting Kab. Buleleng harus selalu bergerak cepat dan terus meningkatkan koordinasi dan pemantauan kepada seluruh OPD, lintas sektor terkait serta pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program kegiatan percepatan penurunan stunting di Kab. Buleleng," pungkasnya.