Salah satu indikator kesuksesan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut harus dilakukan sosialisasi, edukasi, serta pembekalan pengetahuan Pemilu kepada kader-kader di desa. Demikian disampaikan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Buleleng Komang Dudhi Udiyana usai membuka pembekalan kader desa peduli Pemilu di SDN 1 Rangdu, Kecamatan Seririt, Jumat, (14/10).
Lebih lanjut disampaikan Komang Dudhi, Pemilu tahun 2017 ada 3 desa di Buleleng tingkat partisipasi masih kurang, salah satunya di Desa Rangdu. Terkait itu KPU Buleleng bersinergi dengan Pemkab.Buleleng bersama Perguruan Tinggi berupaya memberikan pemahaman, edukasi dan literasi kepada kader-kader desa untuk diberi pembekalan materi tentang pemilu.
"Kami sosialisasikan, kami tingkatkan literasi tentang Pemilu yang berkualitas kepada kader desa dan saat ini lokusnya di Desa Rangdu, , dengan harapan partisipasi masyarakat dalam Pemilu nanti meningkat," harapnya.
Sementara itu, mewakili Perbekel Desa Rangdu Putu Elly Sumarna selaku Sekdes, mengakui partisipasi warganya memang terlihat masih kurang, dikarenakan banyaknya penduduk Desa Rangdu yang tinggal di luar desa, dan saat pencoblosan banyak warganya yang tidak datang. Untuk itu kami selaku aparat desa sangat mengapresiasi kegiatan ini, semoga kader-kader kami dapat menerima informasi dengan baik dan menyebarluaskan kepada masyarakat lainnya akan pentingnya partisipasi pemilu dan paham akan hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam Pemilu.
“Kader kami yang berjumlah 25 orang diambil dari berbagai lapisan masyarakat, seperti dari Karang Taruna, PKK, tokoh masyarakat, LPM, tokoh adat dan warga disabilitas. Kami berharap setelah kegiatan ini masyarakat kami antusias untuk menggunakan hak suaranya nanti,”pungkasnya.
Disisi lain, pemateri dari STAHN Mpu Kuturan I Putu Mardika mengatakan, pihaknya diundang untuk memberikan materi tentang indentifikasi kebenaran informasi atau isu hoax yang beredar dimasyarakat menjelang Pemilu dan Pilkada. Tidak dipungkiri pastinya akan banyak isu hoax yang beredar di media sosial. “Disadari bahwa hoax di media sosial agak susah dikendalikan, pasti ada kampanye hitam, beda dengan di media massa yang ada validasi data, proses jurnalistik, wawancara, verifikasi data dan menjadi sebuah berita.
Ditambahkan oleh Mardika selaku dosen Prodi Ilmu Komunikasi, bahwa tipikal masyarakat tingkat literasinya masih rendah. Untuk itu edukasi, identifikasi informasi perlu kita berikan dengan cara melakukan komparasi,saring dahulu sebelum sharing dan cek kebenaran fakta.”Ketika literasi kurang, masyarakat akan sangat mudah terpapar hoax dan akan berbahaya bagi kelangsungan demokrasi. Inilah peran dari kami bersama pemerintah untuk mengedukasi, cara mengantisipasi hoax,”tutupnya.(wd).