Wabup Supriatna Minta TPID Jalin Kerjasama dengan Petani Cabai di Buleleng

Admin bulelengkab | 03 Maret 2025 | 94 kali

Wakil Bupati (Wabup) Buleleng, Gede Supriatna meminta seluruh anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buleleng untuk menjalin kerjasama dengan seluruh petani cabai di Buleleng dalam rangka menekan laju inflasi, terlebih menjelang hari raya besar pada Maret dan April 2025. Demikian terungkap dalam Rapat Koordinasi TPID Buleleng di Ruang Rapat Kantor Bupati Buleleng, Senin, (3/3).

Wabup Supriatna menilai selama ini komoditi cabai rawit menjadi komoditi tertinggi penyebab inflasi dikarenakan salah satunya akibat hasil panen cabai rawit oleh petani tidak sepenuhnya dijual ke pasar-pasar di Buleleng, melainkan ke luar kabupaten. Terkait itu, pihaknya meminta TPID Buleleng, khususnya Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, dan PD. Swatantra segera melakukan pendekatan ke petani-petani cabai dan memastikan hasil panen cabai dibeli oleh PD. Swatantra dengan harga yang stabil atau lebih tinggi dari penjualan ke luar kabupaten. “Kita harus segera melakukan pendekatan kepada petani, pastikan hasil panenya kita beli dengan harga yang sesuai untuk kemudian dijual kembali di gerai Pasar Anyar dan Pasar Banyuasri. Ini penting untuk menjaga stabilitas harga dalam rangka menekan inflasi,” ujar Wabup Supriatna.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng, Gede Suyasa yang juga hadir mendamping Wabup Supriatna mengatakan kondisi stabilitas harga berbagai komoditi akan bergejolak pada bulan Maret dan April 2025 dengan perayaan Hari Raya Nyepi, Idul Fitri dan Galungan. Kondisi itu tentunya pasti akan menyebabkan inflasi yang tinggi, terkait itu pihaknya juga meminta Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan dan PD. Swatantra berkolabolari menjaga ketersediaan komoditi penyebab inflasi dan stabilitas harga. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Buleleng, tercatat 10 komoditi penyumbang inflasi pada Januari 2025 dalam bulan ke bulan, yakni cabai rawit, cabaimerah, kangkung, telur ayam, daging ayam, bayam, jagung manis, beras, sawi hijau dan jeruk. Kemudian komoditi penyumbang deflasi adalah tarif listrik, salak, tomat, bawang merah, sabun cair cuci piring, susu bubuk, apel, buncis, jahe dan ketimun. 

Disisi lain, dari hasil pemantauan langsung Tim Satuan Tugas Ketahanan Pangan Buleleng dilaporkan bahwasannya perkembangan harga beberapa komoditi di Pasar Anyar dan Pasar Banyuasri pada hari Senin, (3/3),  cukup stabil. Pasar Anyar; daging ayam (dada) Rp. 44.000, daging ayam (paha) Rp. 40.000, daging ayam utuh Rp. 40.000, daging sapi kelas I Rp. 120.000, daging sapi kelas II Rp. 110.000, cabai rawit Rp. 98.000, cabai besar Rp. 70.000, cabai keriting Rp. 70.000, bawang merah Rp. 28.000 dan bawang putih Rp. 38.000. Sedangkan di Pasar Banyuasri; cabai rawit Rp. 100.000, cabai besar Rp. 70.000, bawang merah Rp. 30.000, bawang putih Rp. 38.000, Telur Rp. 52.000, gula pasir Rp. 18.000, minyak goreng bermerk Rp. 20.000, beras lokal medium Rp. 15.000 dan beras premium Rp. 16.000. (Agst).