Klenteng Seng Hong Bio Singaraja menjadi saksi keindahan perayaan Cap Go Meh yang megah pada Sabtu malam, (24/2). Dengan penuh semangat, umat Kong Hu Chu di Kabupaten Buleleng merayakan Yuan Xiao Jie dengan meriahnya.
Perayaan tersebut tidak hanya disambut oleh umat Kong Hu Chu se-Kabupaten Buleleng, namun juga oleh masyarakat pada umumnya yang bergama lain. Mereka tampak antusias menantikan perayaan yang diisi oleh pertunjukan spektakuler meliputi barongsai, penerbangan lampion, dan kembang api.
Hartono Herlin, seorang rohaniawan Kong Hu Chu di Singaraja, menggambarkan keunikan perayaan ini. Menurutnya, perayaan Cap Go Meh ini bertepatan dengan hari ulang tahun Dewa Penguasa Langit yang turut menurunkan rezeki pada umatnya. Oleh karena itu, banyak orang juga memasang tulisan dan rezeki di rumah mereka sebagai bentuk permohonan rezeki. Para umat juga memanfaatkan momen ini untuk berdoa di klenteng untuk memohon rezeki.
Tidak hanya itu, kata Hartono perayaan ini juga dimeriahkan dengan pesta lampion yang menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara menyambut perayaan besar.
"Kita umat Kong Hu Chu patut berbangga, sebab Cap Go Meh tidak hanya dikenal di Indonesia dan Tiongkok, namun juga telah diakui secara internasional sebagai perayaan budaya yang mendunia," ujarnya.
Tradisi ini juga melibatkan upacara tolak bala sebagai bentuk permohonan perlindungan dari bencana, dengan melibatkan banyak peserta. Sebelum Cap Go Meh, terdapat serangkaian perayaan lain yang melibatkan sembahyang untuk membersihkan altar menjelang perayaan tersebut, menandai musim semi.
Setelah sembahyang kepada Tuhan selama 9 hari, Cap Go Meh mencapai puncaknya dengan rangkaian acara penutup yang meriah dan penuh makna. Perayaan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, namun juga sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan akan berkah serta perlindungan dari Sang Pencipta. (can)