Stabilisasi harga pangan di Kabupaten Buleleng terus diupayakan, yaitu dengan menjaga persediaan pangan pada angka yang memadai. Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, dan Usaha Kecil & Menengah (UKM) memastikan stok beras di Kabupaten Buleleng sebanyak 1.022 ton, stok tersebut selain untuk mengendalikan harga naik akibat inflasi, juga untuk mengantisipasi tingginya permintaan pada saat Bulan Ramadhan.
Kepala DisdagperinkopUKM Buleleng, Dewa Made Sudiarta saat dihubungi, Minggu,(10/3) menegaskan kesiapan pasokan bahan pokok untuk memastikan stabilitas harga telah melalui pantauan rutin bersama Satuan Tugas Pangan Kabupaten Buleleng, upaya pengendalian harga terutama pada bahan pokok seperti beras, telur ayam, daging, dan minyak goreng telah dipersiapkan secara matang.
Lebih lanjut, Sudiarta menjelaskan bahwa Kabupaten Buleleng memiliki 60 distributor bahan pokok serta pedagang di pasar tradisional yang ikut berperan dalam distribusi. Utamanya pada komoditi beras, seperti yang dirinya sampaikan stok yang tersedia mencapai 1.022 ton, Upaya lainnya demi stabilisasi harga pun dikerahkan, meliputi distribusi beras medium dari Bulog yaitu SPHP yang dijual seharga 10.900 rupiah per kilogram, selain itu perluasan distributor dan intervensi harga berupa subsidi transportasi kepada para pedagang juga diberikan guna menekan harga beras di pasaran.
“Sinergi kami laksanakan dengan Bulog, Perumda Swatantra, dan Perumda Pasar Argha Nayottama, mereka melaksanakan intervensi harga sesuai dengan wilayah kewenangannya masing-masing,” ungkap Sudiarta.
Strategi gerakan pangan murah juga dilaksanakan secara berkala, Sudiarta menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kegiatan tersebut secara rutin. Namun, untuk mendukung akses masyarakat di pedesaan, rencananya gerakan pangan murah akan diperluas ke sentra-sentra desa dengan melibatkan koperasi lokal. Karena selama ini kegiatan gerakan pangan murah hanya diselenggarakan di Kota Singaraja dan sekitarnya.
“Segala upaya yang telah kami lakukan diharapkan dapat memberikan efek psikologi terhadap harga pangan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pangan dengan harga terjangkau sesuai dengan daya belinya,” tutup Sudiarta. (can)