Ikuti Kami

Komitmen Kendalikan Inflasi di Buleleng, Pemerintah Siapkan Langkah Antisipasi

Admin bulelengkab | 26 Agustus 2024 | 194 kali

Inflasi di Kabupaten Buleleng menunjukkan stabilitas yang baik sepanjang tahun 2024, dengan angka inflasi kumulatif mencapai 0,52 persen hingga bulan Juli. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 2,07 persen, serta angka tahunan 4,5 persen pada tahun 2023.


Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, menyatakan bahwa meskipun memasuki musim kemarau, yang biasanya mempengaruhi harga-harga komoditas, inflasi bulan Juli tetap terkendali dengan beras menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Komoditas beras mencatat inflasi signifikan, sedangkan cabe rawit mengalami kenaikan minimal sebesar 0,03 persen.


"Inflasi bulan Juli tetap terjaga meskipun memasuki musim kemarau. Beras merupakan komoditas dengan inflasi tertinggi, sedangkan cabe rawit hanya mengalami kenaikan kecil," ujarnya, Senin (26/8/2024). 


Menurut Gede Suyasa, saat ini tidak ada kebutuhan tindakan ekstra untuk mengatasi inflasi, selain memantau harga beras. Dua perusahaan daerah telah disiapkan untuk melakukan pembelian beras dari luar daerah jika terjadi kekurangan pasokan. Jika beras tidak mencukupi di Bali, pembelian akan dilakukan hingga Banyuwangi dan dijual dengan harga lebih rendah di daerah.


Untuk menjaga kestabilan harga, Suyasa mengungkapkan, pemerintah juga akan menggunakan dana BTT (Belanja Tidak Terduga) untuk menutupi biaya transportasi. Selain itu, biaya bahan-bahan tak terduga akan ditanggung oleh sepenuhnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Buleleng agar tidak menambah beban biaya masyarakat.


"Kami memantau harga beras dengan cermat dan siap melakukan pembelian dari luar daerah jika pasokan beras kurang. Dana BTT APBD akan digunakan untuk biaya transportasi serta menangani biaya bahan tak terduga lainnya," ucapnya. 


Gede Suyasa menjelaskan, bahwa perbedaan signifikan antara inflasi tahun ini dan tahun lalu disebabkan beberapa variable. Seperti produksi, tingkat konsumerisme, dan pasokan. Tahun lalu, kelangkaan beras dan minyak goreng memicu inflasi tinggi, sedangkan saat ini situasi pasokan bahan pokok stabil. 


“Tahun lalu, kelangkaan beras dan minyak goreng menyebabkan inflasi tinggi, namun saat ini pasokan bahan pokok stabil," kata Suyasa. 


Lebih lanjut, Gede Suyasa mengatakan Pemerintah Kabupaten Buleleng akan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan luar provinsi untuk memastikan pasokan dan harga tetap terkendali. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan inflasi tetap stabil dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi tanpa gangguan signifikan.(Skm)