Dalam rangka mendukung program pelestarian Warisan Budaya Dunia Lanskap Subak di Provinsi Bali, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XV memulai langkah strategis pada tahun anggaran 2024. Salah satu kegiatan utamanya adalah Pengumpulan Data Awal Potensi Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) di sekitar kawasan Danau Tamblingan, Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 10 hingga 15 September 2024, bekerjasama dengan Pemkab.Buleleng melalui Dinas Kebudayaan dan tokoh masyarakat setempat.
Kegiatan yang digelar di Kecamatan Banjar dan Kecamatan Busungbiu ini bertujuan mengidentifikasi potensi OPK yang dapat mendukung pelestarian Lanskap Subak, warisan budaya yang telah diakui dunia. "Ini merupakan langkah awal penting untuk memetakan potensi kebudayaan yang ada di sekitar Danau Tamblingan, sebagai bagian dari upaya pelestarian kawasan budaya dunia," ujar Ari Murdimanto, selaku ketua tim dari BPK Wilayah XV Provinsi Bali disela kegiatan, Minggu, (15/9).
Lebih jauh pihaknya mengatakan, pengumpulan data dilakukan melalui survei, observasi, serta wawancara dengan tokoh masyarakat setempat, seperti Dane Pengrajeg Catur Desa Adat Dalem Tamblingan. Survei dan observasi dilaksanakan di sejumlah lokasi penting di sekitar Danau Tamblingan, termasuk Pura Dalem Tamblingan, Pura Endek, dan Pura Embang.
Hasil survei mengidentifikasi beberapa potensi OPK yang signifikan, antara lain Ritual Karya Alilitan, yang merupakan upacara pemuliaan air Danau Tamblingan, serta Lontar Babad Hindu Gobleg sebagai salah satu manuskrip penting. Selain itu, terdapat seni Tari Mendet Taksu dan Gong Duwe, adat istiadat terkait Struktur Organisasi Dresta Kuna, serta ODCB berupa prasasti, lingga yoni, altar, dan lumpang batu yang tersebar di berbagai pura di sekitar danau.
Menariknya, hasil survei juga menemukan keterkaitan langsung antara subak di Kabupaten Tabanan dengan Danau Tamblingan. Ritual *ngaturang sarin tahun* yang dilaksanakan setiap Kembang Sasih Kapat tahun ganjil di Pura Gubug menjadi simbol penghormatan subak Tabanan terhadap Danau Tamblingan sebagai sumber air yang menopang aktivitas pertanian di daerah hilir.
Di samping itu, diskusi juga dilakukan dengan Dr. Drs. I Nyoman Wardi, M.Si., staf pengajar dari Program Studi Arkeologi FIB Universitas Udayana, yang menekankan pentingnya Tamblingan sebagai zona penyangga (buffer zone) dalam lanskap budaya Catur Angga Batukaru.
Dengan hasil ini, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV berharap dapat mendukung pelestarian Lanskap Subak secara lebih komprehensif dan memastikan bahwa kekayaan budaya di kawasan Danau Tamblingan tetap terjaga sebagai warisan dunia.(cnd).