Setahun lebih pandemi Covid-19 melanda Buleleng, setahun lebih pula masyarakat Buleleng dibuat kocar kacir menguras pikiran dan tenaga untuk tetap bertahan menyambung hidup. Dampak pandemi sangat dirasakan menyiksa sendi ekonomi masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah.
Terlihat jelas di Buleleng cukup banyak masyarakat yang dulunya bekerja kini dirumahkan dan banting setir menjadi pedagang dipinggir jalan. Entah itu pegadang nasi jingo, jajanan tradisional hingga menjual minuman berakhohol jenis arak bali yang sudah legal. Berjualan dengan modal yang tidak terlalu besar, mereka mampu secara bertahap memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dari sekian banyaknya pedagang dadakan itu, terdapat satu gadis remaja yang ikut berjualan, namun tidak di pinggir jalan, melainkan duduk dipojokan Pasar Anyar Singaraja menjajakan sayur mayur.
Remaja cantik ini bernama Nur Rinasari. Di tengah hiruk pikuk pedagang yang kebanyakan ibu-ibu dan bapak-bapak, sangat janggal bila melihat satu gadis remaja putih nan cantik duduk sembari menata sayur mayur. Janggal? memang janggal dilihat, biasanya gadis remaja sekarang ini di era 4.0. tempat mainnya ya di café-café kekinian, pakaian modis, dan tentunya pecinta tik tok.
Penasaran akan kesehariannya? Kita kupas data kependudukannya dahulu. Rinasari ini adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Nur Kaim Sapi’i dan Nur Ningsih. Ia tinggal bersama orang tuanya di Kelurahan Banjar Jawa, Singaraja.
Sebelum pandemi Covid-19, kesehariannya adalah seorang mahasiswi di perguruan tinggi swasta Stikes Buleleng yang mengambil jurusan keperawatan. Namun semenjak work from home (WFH) diberlakukan, ia hanya diam di rumah. “Karena corona, saya tidak lagi kuliah ke kampus. Hanya di rumah saja dan belajar melalui daring dengan dosen. Belajar daring pun tidak begitu lama, sisanya saya bengong di rumah,” ujar remaja polos itu.
Berawal dari kejenuhannya itu dan juga untuk membantu perekonomian keluarga, sebulan kemudian Rinasari memutuskan untuk mencoba berdagang sayur di Pasar Anyar. Dari subuh sekitar pukul. 04.00 Wita, gadis cantik ini mulai membuka lapaknya di pasar. “Saya menjual sayur kangkung, toge, dan kacang panjang. Kalau pembeli ramai, dagangan habis, saya langsung pulang,” katanya.
Disinggung akan gengsi sebagai gadis remaja kekinian, jawabannya cukup mengejutkan. Ia mengaku tidak pernah merasa gengsi menjadi gadis penjual sayur di pasar, meski ia sering melihat banyak teman sekelasnya kumpul dengan pakaian modis dan keren. “Saya memilih membantu orang tua dari pada menghabiskan uang orang tua untuk hanya sekedar terlihat modis, apalagi sampai kena pergaulan bebas. Dengan berjualan, saya tidak lagi meminta uang jajan ke orang tua,” ujarnya bangga.
Rinasari ini bisa disebut sebagai salah satu Kartini Mudanya Buleleng, dengan usia yang masih muda sudah memiliki pemikiran yang bijak dengan mengesampingkan ajakan pergaulan teman-temannya dan memilih membantu orang tua.
Terkahir, ia berpesan kepada generasi muda untuk mengubur dalam-dalam pergaulan yang salah, jangan lagi terjerumus pergaulan bebas. Jadilah generasi yang baik dan membanggakan orang tua.
Muda, sopan, dan mandiri, sosok seperti inilah yang diharapkan untuk membangun Buleleng. Tidak ada lagi terjerumus pergaulan bebas, tindak kriminal dan narkoba. Semoga remaja putri ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi generasi muda Buleleng, sehingga niscaya generasi muda harapan bangsa yang di idam-idamkan dapat terwujud nyata (agust)