Kadis Kominfosanti Kabupaten Buleleng, Ketut Suwarmawan mengajak seluruh masyarakat untuk segera beralih dari TV analog menuju TV digital untuk mendapatkan siaran yang lebih bersih, jernih dan tidak diacak. Hal itu terungkap dalam Dialog Interaktif “Penyiaran TV Digital sebagai Terobosan Dalam Era Digital” di salah satu stasiun radio di Buleleng, Senin, (8/8).
Kadis Suwarmawan kembali menegaskan bahwasannya peralihan menuju TV digital murni untuk masyarakat agar kualitas siaran TV yang ditonton lebih baik daripada TV analog. “Kalau masih pakai parabola kendalanya banyak karena frekuensi siaran sering berubah, apalagi diacak pada siaran channel tertentu. Lain halnya dengan TV digital yang siarannya lebih bersih, jernih dan tidak diacak,” terangnya.
Terkait teknisnya, Kadis Suwarmawan menerangkan tidak semua TV jenis Smart TV dapat langsung mengakses siaran tv hanya dengan tambahan perangkat antena. Terdapat kualifikasi khusus, yakni harus terdapat menu DTV atau digital TV. “Kualifikasi TV yang tidak memiliki menu DTV, maka wajib menambah perangkat STB dan juga antena,” ujar Kadis Suwarmawan.
Lebih lanjut dijelaskan, kepada masyarakat yang termasuk dalam keluarga kurang mampu dan juga masuk dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) akan diberikan bantuan STB oleh Pemerintah Pusat. Sesuai validasi data terbaru, Kadis Suwarmawan menyampaikan tercatat 22 ribu lebih masyarakat kurang mampu di Buleleng yang akan mendapat bantuan STB tersebut.
Disinggung terkait titik blank spot, pihaknya mengakui wilayah di Buleleng terdapat beberapa titik blank spot karena kondisi topografi yang berbukit. “Memang terdapat beberapa titik mengalami blank spot, namun kami tengah bersiap mengatasi hal itu dengan pembangunan tower oleh Pemerintah Provinsi Bali di daerah Desa Pegayaman,” terangnya.
Dipengujung interaktif, Kadis Suwarmawan kembali mengajak seluruh masyarakat Buleleng untuk senantiasa mendukung program pemerintah dalam rangka peralihan TV analog menuju TV digital. “Siaran bersih, jernih dan tidak diacak. Masyarakat tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli receiver baru akibat frekuensi siaran berubah-ubah dan diacak seperti siaran bola,” pungkasnya. (Agst)