Tahukah anda, bahwa Kabupaten Buleleng memiliki kerajinan seni lukis khas yang mendunia? Adalah seni lukis wayang kaca asal dari Desa Nagasepeha yang telah lama terkenal tidak hanya skala nasional, namun juga sudah sejak dahulu kala diburu seantero mancanegara. Karya seni lukis wayang yang ditorehkan dengan tinta berwarna di permukaan kaca ini telah menjadi ciri khas yang secara turun-temurun dimiliki oleh Desa Nagasepeha.Beberapa waktu lalu, seni lukis wayang kaca telah tercatat secara resmi sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI bersama dengan tradisi Ngusaba Bukakak dan Megoak-goakan yang juga berasal dari Kabupaten Buleleng.
Membicarakan seni lukis wayang kaca tentu tidak lengkap rasanya jika tidak membahas I Ketut Sekar, maestro multi talenta yang lahir di Desa Nagasepeha pada 8 Juni 1948. Ia dikenal sebagai seniman serba bisa yang selalu enerjik meski di usia yang terbilang tidak lagi muda. Tim Singa Manggala berkesempatan menemui I Ketut Sekar di kediamannya pada Senin (26/10), kepada tim Ia mengungkapkan telah menekuni seni lukis wayang kaca sejak usia belia, ilmunya Ia dapatkan dari almarhum ayahnya I Ketut Negara atau lebih dikenal dengan nama Jero Dalang Diah yang merupakan pencipta seni lukis wayang kaca Nagasepeha. Berbekal ilmu yang diajarkan oleh ayahnya, Sekar sudah piawai dalam mengerjakan seni lukis wayang kaca sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Awalnya karya kerajinan lukisan wayang kaca buatannya dan ayahnya hanya merambah pasar lokal. Saat itu juga Sekar bersama ayahnya tidak hanya fokus pada kerajinan lukisan seni lukis wayang kaca, namun juga membuat wayang kulit, serta perlengkapan keagamaan seperti bade/wadah yang merupakan tempat pengusungan jenazah pada upacara Ngaben dan pralingga untuk pura. Namun, pada tahun 1970 seorang wisatawan mancanegara berkebangsaan Belanda dipandu oleh guide lokal mendatangi kediamannya. Tamu itu mengaku sejak awal minta diantar ke kediaman Jero Dalang Diah karena sejak awal sudah mengetahui keindahan karyanya yang tersohor, untuk itu tamu tersebut ingin membeli langsung dari pembuatnya. Sejak saat itulah karya seni lukis wayang kacanya mulai diminati di luar negeri. Berduyun-duyun wisatawan dari berbagai negara mendatanginya untuk membeli hasil karyanya hingga saat ini. Selain kepada tamu yang mendatanginya langsung, Sekar juga menjual hasil karyanya pada sejumlah artshop di Buleleng tepatnya di daerah Lovina.
Berbagi sedikit mengenai proses pembuatan lukisan wayang kaca, Sekar mengatakan untuk membuat sebuah lukisan wayang kaca berukuran 60 x 40 cm pengerjaannya memakan waktu 5 hari. Sebelum dilukis, kaca dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian proses melukisnya dimulai dengan menggambar sketsa. Berdasarkan sketsa inilah selanjutnya lukisan itu dibuat hingga selesai. Setelah itu dicawi atau diarsir kemudian sketsanya dilapisi prada. Terakhir barulah mulai dilukis hingga selesai dengan tinta cina.Disinggung terkait harga, Sekar menyebutkan untuk lukisan wayang kaca berukuran 60 x 40 cm rata-rata dibanderol Rp. 800.000,-. Namun katanya terkadang para pembeli memberi bayaran lebih untuk memberikan apresiasi terhadap karya-karyanya.
Atas pengabdiannya di bidang kesenian, Sekar banyak dianugerahi penghargaan oleh pemerintah. Sejumlah penghargaan tersebut antara lain penghargaan Wija Kusuma pada tahun 2008, penghargaan Seniman Tua pada tahun 2009, dan yang paling baru adalah penghargaan Dharma Kusuma pada tahun 2012. (can)