Berawal dari menekuni ilmu pengetahuan bidang desain grafis, salah satu pemuda luar biasa asal Desa Bungkulan kini telah mampu mendorong banyak generasi muda untuk lebih peduli akan buruknya dampak sampah, terutama sampah plastik yang memakan banyak waktu agar bisa terurai.
Desain grafis? Sampah?, tidak nyambung memang. Apa hubungannya desain grafis dengan sampah. Aneh kan? Mari kita simak hasil liputan Tim Peliputan dan Dokumentasi Dinas Kominfosanti Buleleng pada hari Rabu, (10/3)
Pemuda ini bernama Made Agus Janardana, tempat tinggalnya beralamat di Banjar Dinas Ancak, Desa Bungkulan Kecamatan Sawan. Aktivitas kesehariannya adalah bekerja sebagai guru TIK di SMA Negeri 2 Tejakula. Nah dari profesinya itu lah, ia mencoba mengembangkan ekstrakurikuler multimedia kreatif.
Sejak tahun 2018 lalu, Agus Janardana mulai mengkombinasikan ilmu desain grafisnya dengan sampah plastik yang dikenal dengan “Wajah Plastik”. Karya kreatif itu memanfaatkan sampah kemasan plastik. Contohnya, beberapa kemasan snack di potong-potong kecil dengan bentuk tertentu, kemudian ditempelkan ke desain wajah yang sudah dibuat.
Dari ceritanya, karena banyak yang tahu bahwa ia memiliki kemampuan bagus di desain grafis, salah satu komunitas peduli lingkungan, yaitu Komunitas Sahabat Bumi Bali mengajak Agus Janardana ikut andil dalam mensosialisasikan pengelolaan sampah plastik di masyarakat. “Dari situ saya punya ide. Warna warni sampah kemasan saya coba padukan dengan desain grafis. Saya terus mencoba membuat karya kreatif itu dari Agustus tahun 2018, hingga di Tahun 2019 saya memberanikan diri memperkenalkan Wajah Plastik ke publik,” terangnya.
Dalam momen itu juga, Agus Janardana mendaftarkan hak cipta karya seni kreatif wajah plastiknya ke Kementerian Hukum dan HAM pada Januari 2019. Dengan keunikan karyanya, pada saat itu juga wajah plastik viral di masyarakat luas. Hampir setiap hari Agus Janardana bersama Komunitas Sahabat Bumi Bali disibukan dengan kegiatan edukasi pemanfaatan sampah plastik menjadi karya kreatif yang memiliki nilai ekonomis yang terbilang cukup menggiurkan. “Saya berkeliling desa, sekolah, perguruan tinggi hingga ke dinas-dinas memberikan edukasi pemanfaatan wajah plastik,” ujarnya. Siapa sangka dari sampah plastik kemasan yang tidak memilik nilai ekonomis itu, bisa disulap menjadi sebuah karya yang menghasilkan rupiah.
Tidak berhenti disitu, Agus Janardana mencoba mengembangkan lagi karyanya pada media topeng yang biasanya kita tahu berwarna kayu asli atau pun menyerupai warna kulit wajah. Inovasinya kini ia namai Made Oplas atau Manusia dengan Operasi Plastik. “Dengan topeng unik ini saya mencoba memberikan edukasi secara daring. Dimana saya sendiri yang menjadi karakter made oplas itu. Ya agar biar penonton konten saya terhibur ketika menyimak eduksi pengelolaan sampah menjadi karya kreatif,” ujarnya.
Di tengah wabah Covid-19 dirinya juga tidak pernah berhenti untuk tetap berkarya, berbagai jenis karya unik pun ia pajang di rumahnya sendiri. Memang pemuda satu tidak bisa diam, ada saja yang dibuat. Ia menamai rumahnya “House of Creativity”, tentu segala jenis karya kreatif ciptaanya ada disana. “Ada banyak karya kreatif, salah satunya ada meja dan kursi dari bahan ban bekas, dari bahan gulungan kabel dan ada yang menggunakan kayu bekas tebangan pohon besar,” terangnya.
Agus Janardana berharap para generasi muda Buleleng dapat membangkitkan semangat diri di tengah pandemi Covid-19, jangan berhenti menuangkan ide-ide kreatif. Terkait kelestarian lingkungan, ia mengajak generasi milenial untuk tidak takut kotor. “Pungut sampahnya, tangan bisa dicuci. Lebih baik tangan kita kotor dari pada bumi ini yang kotor. Semua untuk kita, jadilah sahabat bumi yang senantiasa menjaga kelestarian lingkungan,” pesannya. (Agst).