Sekda Suyasa Minta 2 Perusahaan Daerah Ambil Alih 5 Komoditi Penyebab Inflasi

Admin bulelengkab | 05 Juli 2022 | 257 kali

Menyikapi peningkatan angka inflasi harga pangan di Buleleng hingga Juni 2022 ini, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng, Drs. Gede Suyasa, M.Pd meminta dua Perusahaan Daerah (PD) mengambil alih lima komoditi penyebab inflasi di Buleleng. Hal itu terungkap dalam Rapat Koordinasi (Rakor) bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Buleleng di ruang kerjanya, Selasa, (5/6).

Berdasarkan data yang ada, terdapat sepuluh komoditi yang menjadi penyebab kenaikan inflasi terbesar di Buleleng pada Juni 2022. Antara lain, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, telur, canang sari dan terong. Menyikapi hal itu, Sekda Suyasa meminta PD Swatantra dan PD Pasar Argha Nayottama untuk mengambil alih beberapa komoditi penyumbang terbesar inflasi. “Dalam rapat tadi kami meminta PD Swatantra mengambil alih empat komoditi kebutuhan pokok, dan PD Pasar mengambil alih komoditi cabai rawit. Ini penting dilakukan untuk menstabilkan harga di pasaran,” ujarnya.

Ditambahkan, nantinya kedua perusahaan daerah itu akan menjadi distributor pasar untuk mencegah adanya pihak luar yang mengendalikan harga. Sekda Suyasa menegaskan bahwasannya  melalui perusahaan daerah dipastikan tidak akan berfokus pada keuntungan melainkan untuk menjaga stabilitas. 

 Disinggung terkait canang sari masuk dalam penyumbang terbesar inflasi, Sekda Suyasa menerangkan bahwa canang sari menjadi penyumbang terbesar inflasi dikarenakan Bulan Juni ini banyak pelaksanaan upacara Hari Raya Hindu yang sebelumnya tertunda di tahun 2020-2021. “Karena Covid-19 sudah melandai, Umat Hindu di Buleleng sudah diijinkan melakukan aktivitas persembahyangan atau upacara adat lainnya, sehingga menyebabkan permintaan sarana bunga pada canang sari meningkat,” terangnya.

Sementara itu, Dirut Keuangan PD Pasar, I Putu Suardhana akan segera melakukan penjajagan ke wilayah-wilayah penghasil cabai dan melakukan koordinasi bersama Bumdes. Pihaknya menerangkan langkah sinergi itu diyakini dapat menjadi upaya strategi dalam menjaga stabilitas harga di pasaran ke depannya. “Segi permodalan kami sudah ada, pada saat ini kami akan mencoba hal yang tidak terlalu besar dulu. Minimal ada kiat kami untuk membantu pemerintah dalam menjaga inflasi daerah,” ujarnya. (Agst).