Kabupaten Buleleng dengan kondisi geografis Nyegara Gunung, dikenal dengan hasil pertanian dan perkebunannya yang mana tidak hanya bernilai ekonomis namun bernilai sosial budaya. Kendati demikian, nyatanya masih terdapat beberapa kondisi yang harus dicarikan solusinya.
Melihat hal tersebut, Pemkab Buleleng melalui Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Kelembagaan Bersama Satupintu Produksi Pertanian (KBS Pro Tani) menuju transformasi ekonomi Kabupaten Buleleng bertempat di Hidden Strawberry Garden, Pancasari, Selasa, (11/7).
Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Kadistan Buleleng I Made Sumiarta yang memaparkan latar belakang diadakannya proyek perubahan ini diantaranya rendahnya harga komoditas pertanian ketika produksi melimpah, permintaan harga jual yang rendah karena tidak semua petani mampu mengolah hasil produksinya untuk menjadi produk olahan yang bernilai ekonomis lebih tinggi yang secara otomatis menyebabkan margin keuntungannya sangat kecil, bahkan kadang dihadapkan pada kondisi merugi.
Kehadiran program ini, dijelaskan Kadis Sumiarta akan menjadi jawaban masalah petani dengan membentuk sebuah kelembagaan menyertakan aktivitas nilai tambah dan daya saing pada produk pertanian melalui kegiatan pemasaran, pengolahan, pengemasan, dan distribusi guna meningkatkan daya saing produk pertanian dalam posisi pasar.
“Kita tahu jika produk pertanian tidak bisa bertahan lama, dengan proyek perubahan ini kita akan benahi masalah dari hulu ke hilir sehingga menghasilkan produk-produk yang menghasilkan daya saing dan nilai jual yang bagus,”jelasnya.
Dengan tumbuhnya kembali perekonomian Bali dari pandemi, pihaknya meyakini langkah yang diambil Distan ini akan efektif meningkatkan kesejahteraan petani dengan langkah awal menjadikan Pancasari sebagai pilot project terlebih dahulu yang akan dilanjutkan pada daerah lain di 9 Kecamatan yang ada di Buleleng karena tidak dipungkiri bahwa sektor pertanian ini menjadi sektor penunjang dalam industri pariwisata di Bali.
Ditambahkan Kadis Sumiarta, dalam waktu dekat untuk jangka menengah program ini sudah mengajak beberapa stake holder seperti Perumda Pasar Argha Nayotama, dan Perumda Swatantra untuk melakukan MoU atau perjanjian kerjasama dalam hal pemasarannya, serta dalam jangka panjang akan dibuat Peraturan Bupati (Perbup) terkait pemanfaatan produk-produk lokal Buleleng.
“Tentu kita akan menjalin kerja sama dalam hal pemasaran dengan Kabupaten lain di Bali melalui bantuan BUMD terkait,”tandasnya.
Terpisah, Made Suarsa selaku Ketua Kelompok Tani Segening menyambut baik proyek perubahan yang menjadika Desa Pancasari sebagai pilot project pertama di Kabupaten Buleleng. Pihaknya berharap kedepan akan ada peningkatan daya saing dan kualitas produk pertanian, serta mengembangkan wisata yang mendukung pelestarian lingkungan atau Ekowisata yang outputnya sendiri akan menciptakan lapangan kerja baru disektor pertanian serta secara tidak langsung juga meningkatkan taraf hidup petani lokal Buleleng.
“Semua aspirasi harapannya akan ditampung dan segera diimplementasikan baik dari sisi pemerintah maupun kelompok tani itu sendiri,”tutupnya. (Ag)