Di tengah derasnya arus kecerdasan buatan atau AI yang menjanjikan seni visual serba instan, Pemkab Buleleng mengajak puluhan pelajar SMP di Buleleng memilih jalan berbeda kembali ke kuas, air, dan kertas. Mereka duduk bersila di bawah rindangnya pohon di RTH Taman Bung Karno, Sukasada, Kamis, (5/6).
Putu Primasuta, Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Buleleng, saat ditemui di sela kegiatan menerangkan sebanyak 48 siswa dari total 72 SMP negeri dan swasta di Kabupaten Buleleng antusias mengikuti lomba melukis dengan media cat air yang sudah jarang digunakan.
"Seni digital memang membuka banyak peluang. Tapi seni manual tetap penting sebagai dasar ekspresi yang jujur dan keterampilan yang nyata," terangnya.
Menurutnya, gangguan jaringan atau pemadaman listrik bisa jadi pengingat bahwa ketergantungan pada digital tak selalu aman. Anak-anak tetap perlu menguasai seni tradisional sebagai fondasi. Apalagi di era ketika hasil karya bisa dihasilkan AI hanya dalam hitungan detik.
"Seni instan dari AI memang menarik, tapi jika tak bijak, justru bisa menggerus kreativitas dan orisinalitas anak-anak," ujarnya.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang berfokus pada lomba menggambar wajah Bung Karno dengan pensil hitam putih, tahun ini pendekatannya dibuat lebih lepas dan kontekstual. Peserta bebas memilih objek di area taman seperti patung, panggung, taman bunga, atau bahkan sudut taman yang nyaris tak diperhatikan orang.
"Kami ingin anak-anak punya kedekatan dengan ruang publik. RTH Bung Karno ini milik mereka juga, dan dengan menggambar langsung di sini, mereka bisa merasa memiliki," kata Primasuta.
Lomba ini menekankan tiga aspek penilaian yaitu kesesuaian objek, teknik pewarnaan, dan kebersihan karya. Cat air dipilih sebagai medium utama karena menantang sekaligus jarang digunakan dalam lomba seni pelajar belakangan ini.
"Kami ingin menghidupkan kembali media cat air. Di sekolah-sekolah, anak-anak lebih sering menggunakan crayon atau pensil warna. Padahal cat air punya dinamika sendiri yang bisa memperkaya keterampilan mereka," kata Primasuta.
Dengan tetap memberikan apresiasi berupa trofi dan sertifikat, kegiatan ini juga berperan mendukung anak-anak yang akan melanjutkan sekolah lewat jalur prestasi. Namun lebih dari itu, pesan utamanya tetap kembali pada semangat Bung Karno yaitu keberanian mengekspresikan diri dan mencintai tanah air lewat karya. (Ag)