Makna Mendalam Hari Saraswati, Wujud Pengetahuan dan Kebijaksanaan

Admin bulelengkab | 08 Februari 2025 | 98 kali

Saraswati sebagai hari suci pemuliaan Ilmu Pengetahuan, memang sangat lekat bagi seluruh kalangan Hindu utamanya yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan. Sekolah, kampus dan kantor-kantor. Namun, apakah hanya berhenti disana? Tentu tidak. Hari Suci Dimana bertujuan untuk memuliakan Ilmu Pengetahuan ini memang sangat khas dan bahkan diyakini sebagai cikal bakal kita, sebab ilmu pengetahuanlah yang membuat kehidupan kita menjadi lebih mulia. Mulia karena Guna (ilmu pengetahuan) lalu dengan ilmu itu kita memperoleh Gina (Geginan) atau professional hidup dan disanalah puncaknya akan memperoleh kesejahteraan (Dana). Demikian catatan yang disampaikan I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng di ruang kerjanya, Jumat,(7/2).

Lebih lanjut dijelaskan secara etimologis, hari suci Saraswati bisa kita lihat sebagai berikut . Saraswati terdiri dari kata : Saras (srs) dan Wati. kata Saras  berarti  sesuatu yang mengalir, dan   "kecap" atau  ucapan. Dan kata Wati berarti yang memiliki/mempunyai. Jadi, Saras-wati  berarti   : yang  mempunyai -sifat mengalir dan sebagai sumber ilmu pengetaluan dan  kebijaksana-an. "Inilah kemudian berkembang bahwa beliau adalah sumber kebijaksanaan. Bukankah dengan ilmu pengetahuan kita akan menjadi lebih bijak? Sudah barang tentu itulah yang kita pahami." ujarnya.

Lebih lanjut paparnya, beberapa istilah yang sering kita kenal tentag Saraswati antara lain dalam ajaran Tri Murti menurut Agama Hindu Sang Hyang Saraswati adalah Saktinya Sang Hyang Brahman. Pada titik ini beliau sebagai prabhawanya menciptakan alam semesta dengan Ilmu Pengetahuan yang utama sehingga dikenal dengan sebutan  Sang Hyang Saraswati sebagai Hyang-Hyangning Pa-ngaweruh. 

Aksara merupakan satu-satunya Lingga Stana Sang Hyang Saraswati. Inilah yang menjadi alasan mengapa pada sarana upakaranya menggunakan jaje sarsawati  dimana bentuknya seperti aksara ong kara. Pengertian odalan Sang Hyang Saraswati yang datang pada hari Saniscara umanis wuku Watugunung adalah sebagai hari pemujaan turunnya ilmu pengetahuan oleh seluruh umat Hindu.

"Dari sudut pandang Ethika kita bisa lihat bahwa Pemujaan Saraswati dilakukan sebelum tengah hari. Pada perayaan   hari suci Saraswati,    tidak   diperkenankan membaca atau menulis. Hal ini dilakukan pada saat pemujaan beliau, dalam mempelajari segala "pengaweruh" selalu di-landasi dengan hati "Astiti" kepada Hyang Saraswati, termasuk dalam hal merawat perpustakaan. Namun setelah melakukan pemujaan, maka pemuliaan wajib dilakukan dengan mempelajari dan mendiskusikan ilmu pengetahuan itu (rembug sastra),"terangnya.

Dari sudut pandang upakaranya mari kita lihat lebih dalam. Mulai dari tempat misalnya, Semua pustaka-pustaka keagamaan dan buku-buku pe-ngetahuan lainnya termasuk alat-alat pelajaran yang merupakan "Lingga Stana Hyang Saraswati" diatur dalam tempat yang layak untuk itu. Baik dirumah, sekolah, kampus dan tempat-tempat lainnya. Selanjutnya tentang banten atau upakara yang digunakan. Upakara Saraswati sekurang-kurangnya : Banten Saraswati, Sodaan Putih Kuning, dan canang selengkapnya. Selanjutnya memohon Kekuluh (tirta). Tirta yang dipergunakan hanya tirta Saraswati, di-peroleh dengan jalan memohon ke hadapan Hyang Surya sekaligus merupakan Tirta Saraswati, dan bisa memohon di tempat lingga Saraswati masing-masing, seperti lontar, gria dan tempat suci lainnya. 

Ditambahkan oleh Kadek Satria, mengenai pelaksanaan secara garis besarnya bisa di lakukan sebagai berikut : Pertama,  Didahului   dengan   menghaturkan   pesucian,   ngayabang aturan, muspa dan  matirta. Upakara Saraswati Puja ditetapkan nyejer sampai keesokan harinya.     Banyupinaruh (pina wruh) Redite Paing Sinta, Asuci laksana. Di pagi hari umat asuci laksana (mandi, keramas dan berair kumkuman). Upakara diaturkan labaan nasi pradnyan, jamu sad rasa dan - air kumkuman. Setelah diaturkan pasucian/kum-kuman labaan dan jamu, dilanjutkan dengan nunas kumkuman, muspa. Matirta, nunas jamu dan labaan Saraswati/nasi pradnyan barulah upacara diakhiri/ lebar.

"Yang paling sering kita lihat adalah Masyarakat melakukan pemujaan ke sekolah dan kampus, ada pula ke beberapa orang pintar atau balian. Hal ini karena Saraswati dikaitkan dengan Taksu. Dimana taksu itulah yang dimohoni untuk memperoleh ketaksuan sehingga kehidupan akan menjadi guna baik untuk kemudian ilmu pengetahuan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari,"ungkapnya.

Pengujung, adapula yang melakukan kegiatan banyu pinaruh ke sumber-sumber air, hal ini tidak masalah sepanjang diyakini sebagai laku baik dalam pelaksanaan pemuliaan Ilmu Pengetahuan. "Rahajeng Nyanggra lan ngelaksanayang Rahina Suci Saraswati bagi semeton sedharma, mogi rahayu," tutupnya.(wd)