Lestarikan Nyurat Aksara dan Berbahasa Bali, Tenaga Penyuluh Sasar Seluruh Anak-anak dan Generasi Muda Buleleng

Admin bulelengkab | 26 Maret 2024 | 321 kali

Derasnya arus teknologi di era digital sekarang ini menjadi salah satu pengaruh terhadap anak-anak dan generasi muda dalam pergaulan sehari-hari, baik gaya bahasa maupun pola perilaku. Penggunaan bahasa Bali, terlebih di daerah perkotaan sudah sangat jarang ditemui. Menyikapi kondisi itu, Putu Pertamayasa selaku Ketua Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Buleleng bersama seluruh tim penyuluh lainnya komitmen melakukan gerakan sosialisasi dan pembinaan secara masif dengan menyasar seluruh anak-anak dan generasi muda di Buleleng. Hal ini terungkap dalam Bincang Komunikasi (B - Kom) Dinas Kominfosanti Kabupaten Buleleng, Selasa, (26/3).

Kecenderungan generasi muda memanfaatkan digitalisasi dalam kesehariannya untuk mengakses hal-hal yang sifatnya modern atau kekinian. Seperti halnya dalam berbagai platform media sosial yang ada, suguhan konten-konten lebih condong pada pergaulan yang kurang baik. Terlebih anak-anak sekarang ini kebanyakan disajikan tontonan lagu-lagu berbahasa Indonesia dan inggris di youtube. Menyikapi kondisi ini, Putu Pertamayasa tidak menyalahkan perkembangan teknologi digital yang lebih cenderung menarik minat generasi muda. “Kami sebagai penyuluh bahasa Bali juga tidak mau kalah dengan perkembangan teknologi. Melalui fanspage facebook Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Buleleng kami selalu memposting materi-materi berbahasa Bali, kegiatan-kegiatan kami di lapangan dan itu kami lakukan secara masif,” terang Pertamayasa.

Hingga hari ini, pihaknya mengakui mendapat banyak respon positif dari masyarakat atas berbagai postingan penyuluh bahasa Bali, seperti halnya banyak orang tua yang meminta anak-anaknya untuk dapat ikut serta dalam kelompok belajar. Secara bertahap, mulai dari generasi muda hingga anak-anak TK maupun SD sudah mulai tertarik mengikuti kegiatan dalam kelompok belajar di masing-masing desa/kelurahan di Buleleng. 

Sementara itu, Gede Hari Yuda Pratama yang turut hadir mendampingi Ketua Penyuluh Bahasa Bali menambahkan bahwasannya perkembangan ketertarikan generasi muda akan bahasa Bali dinilai telah meningkat, ini terjadi juga berkat dukungan atau dorongan dari orang tua dan juga para konten creator yang banyak viral menggunakan bahasa Bali, kendatipun bukan menggunakan bahasa Bali halus. “Seperti halnya pengalaman Saya beberapa waktu lalu saat mengikuti rapat pembuatan ogoh-ogoh, muda mudi di desa maupun di kota banyak menggunakan bahasa Bali meskipun terkadang juga bercampur dengan bahasa Bali. Disinilah kami jadikan momen untuk memberikan contoh berbahasa Bali halus, dan astungkara diterima dengan baik tanpa ada unsur maboye,” terang Gede Hari.

Secara rutin dan berkelanjut, program kelompok belajar terus digaungkan Penyuluh Bahasa Bali ke seluruh desa/kelurahan. Mulai dari menjajagi sekolah-sekolah, dari jenjang SD hingga SMA/SMK, melakukan sinergi bersama tokoh adat dan pemerintah desa. Dalam perjalanannya, Gede Hari mengaku mendapat banyak respon positif, hanya saja masih banyak ditemui anak-anak yang masih malu-malu atau takut datang ke lokasi kelompok belajar kendatipun jaraknya dekat. Diakui setiap desa/kelurahan dengan karakter yang majemuk dalam kelompok belajar menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga penyuluh. Namun secara keseluruhan, pihaknya menilai anak-anak dan generasi muda lebih tertarik belajar nyurat atau menulis aksara Bali ketimbang belajar berbahasa Bali halus. Namun demikian, pihaknya tidak putus semangat dan terus menanamkan bahasa Bali halus ketika melakukan komunikasi.

Pertamayasa menambahkan, berbagai upaya serius pelestarian bahasa Bali yang dilakukan Pemerintah dan Penyuluh Bahasa Bali tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan penuh dari masyarakat. “Jangan sampai lupa berbahasa Bali dan nyurat Aksara Bali, baik untuk kita selaku orang tua maupun juga kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Kita semua mempunyai tanggungjawab bersama melestarikan ini,” pungkasnya. (Agst).