Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengadakan rapat koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2024 secara virtual, yang dihadiri oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Ni Made Rousmini bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buleleng. Rapat tersebut berlangsung di ruang rapat Kantor Bupati Buleleng, Senin, (29/7).
Dalam arahannya, Plt Sekretaris Jenderal Kemendagri, Thomsi Thohir, menekankan pentingnya koordinasi dan perencanaan jangka panjang dalam penanganan inflasi. "Pertemuan mingguan ini telah banyak menghasilkan langkah-langkah strategis. Kini, kita perlu fokus pada implementasi program-program tersebut di tingkat daerah," ujar Thomsi.
Thomsi juga memberikan perhatian khusus pada komoditas cabai, yang masih menjadi perhatian utama. Ia meminta kepada kepala daerah, terutama dinas pertanian, untuk meningkatkan komunikasi dengan petani terkait perkembangan harga cabai rawit. "Kami telah melakukan pertemuan sebanyak 84 kali untuk membahas hal ini. Ketepatan waktu dalam penyaluran bantuan juga sangat penting," tambahnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa berdasarkan data, cabai, minyak goreng, dan beras berpotensi menyumbang inflasi pada bulan Juli. Meskipun pada Juni lalu terjadi deflasi pada cabai merah dan cabai rawit, peningkatan produksi belum maksimal. "Kenaikan harga minyak goreng premium dan minyak curah sebesar 1% juga perlu menjadi perhatian. Namun secara nasional, harga minyak goreng masih stabil," jelas Pudji.
Di tingkat Kabupaten Buleleng, cabai rawit masih menjadi komoditas yang paling bergejolak. Penurunan produksi akibat cuaca buruk menjadi salah satu penyebabnya.
Berbagai langkah strategis dan koordinasi intensif terus dilakukan oleh TPID Kabupaten Buleleng untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan pasokan cabai di pasaran. Pemerintah daerah diharapkan dapat bekerja sama dengan petani dan pedagang untuk menstabilkan harga dan mencegah lonjakan inflasi yang lebih besar.