Penguatan dan pelestarian penggunaan aksara Bali menjadi perhatian khusus Pemerintah Provinsi Bali agar tidak tergerus dengan perubahan jaman. Sejalan dengan itu, Program Bulan Bahasa Bali yang dicanangkan Gubernur Bali dari tahun 2018 ini terus digencarkan Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng dengan mengadakan beberapa kategori lomba.
Ditemui diruang kerjanya, Kepala Disbud Kabupaten Buleleng, I Nyoman Wisandika pada Jumat, (19/1) mengatakan bahwasannya Disbud Buleleng akan menggelar 7 kategori lomba Bulan Bahasa Bali VI di tingkat Kabupaten pada tanggal 12 Februari 2024. Dari ketujuh kategori tersebut, terdapat satu kategori yang baru dilombakan yakni lomba Mengetik dengan Keyboard Tamiang Aksara Bali tingkat SMA/SMK.
"Dalam lomba Mengetik dengan Keyboard Tamiang Aksara Bali nantinya peserta akan didampingi oleh pembina IT dari kecamatan untuk menyiapkan perangkat yang dibutuhkan serta peserta agar membawa keyboard cadangan," ucapnya.
Selain lomba Mengetik dengan Keyboard Tamiang Aksara Bali, Kadis Wisandika menyebutkan terdapat 6 kategori lomba lainnya yaitu lomba Nyurat Aksara Bali Tingkat SD, lomba Nyurat Lontar Tingkat SMP, lomba Debat Mebasa Bali, lomba Ngwacen Lontar usia 19 sampai dengan 23 Tahun, lomba Masatua Krama Istri dari Paiketan Krama Istri (Pakis) dan lomba Pidarta antar Bendesa Adat. Dimana masing-masing lomba, peserta akan dipilih 1 orang dari kecamatan.
"Untuk yang juara-juara ini langsung diumumkan hasilnya. Nantinya setelah tanggal 12 Februari peserta yang mendapatkan juara akan dilakukan pembinaan dan akan mewakili Kabupaten Buleleng dalam lomba Bulan Bahasa Bali tingkat Provinsi pada tanggal 19 Februari 2024," katanya.
Mantan Sekretaris BKPSDM Kabupaten Buleleng ini berharap setiap tahunnya lomba Bulan Bahasa lebih meningkat dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Terakhir, pihaknya tidak lupa untuk mengajak seluruh masyarakat Buleleng terutama pada generasi muda agar tetap melestarikan penggunaan bahasa, aksara dan satra Bali.
Adapun lomba Bulan Bahasa Bali VI ini mengambil tema "Jana Kerthi-Dharma Sadhu Nuraga" yang dimaknai sabagai altar pemulian bahasa, aksara, dan sastra Bali sebagai sumber kebenaran, kebijaksanaan, dan cinta kasih untuk memperkuat jati diri Krama Bali. (Wir)