Kadek Angga Wahyu Pradana, seorang pemuda dari Buleleng, Bali, berhasil mengukir prestasi gemilang dengan menyabet juara 2 dalam ajang Pemuda Pelopor Nasional 2024. Angga menjadi perwakilan Provinsi Bali dalam kompetisi yang digelar oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI). Penghargaan ini diberikan atas perannya dalam melestarikan seni dan budaya, khususnya dalam mempelopori revitalisasi tabuh Lelonggoran, kesenian khas daerah Buleleng.
Dalam babak grand final yang berlangsung pada 7 hingga 9 Oktober 2024 di Jakarta, Dek Angga—begitu ia akrab disapa—bersaing ketat dengan 69 peserta lainnya dari 33 provinsi di seluruh Indonesia di kategori seni dan budaya. Menurutnya, fokus utama dari upayanya adalah pelestarian kesenian Bali, terutama pada seni karawitan dan tari. Melalui yayasan yang ia dirikan, Dek Angga berhasil menggerakkan lebih dari 400 anak-anak untuk terlibat dalam pelestarian kesenian tradisional Bali.
“Menghidupkan kembali gending Lelonggoran adalah langkah penting untuk menjaga keberadaan dan kesinambungan warisan tradisional ini. Revitalisasi ini disajikan dengan cara yang segar, tanpa menghilangkan esensi tradisinya,” terangnya.
Dek Angga menempuh perjalanan panjang sejak tahap seleksi tingkat kabupaten pada bulan April, yang kemudian dilanjutkan dengan seleksi provinsi. Setelah itu, tim nasional melakukan verifikasi lapangan sebelum akhirnya ia diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan karyanya.
“Mencapai grand final dan meraih posisi juara 2 merupakan kejutan besar bagi saya. Namun, yang paling penting adalah bagaimana kepeloporan ini berdampak bagi masyarakat, apakah saya berhasil memberi kontribusi nyata untuk mereka,” ujarnya.
Dek Angga juga mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesarnya adalah manajemen waktu, mengingat perannya sebagai seorang dosen. Namun, berkat dukungan banyak pihak, ia berhasil meraih pencapaian ini. Ia juga mengajak generasi muda untuk menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan pelestarian budaya.
“Kita memiliki kekayaan seni tradisional yang luar biasa, khususnya dalam bidang karawitan. Di tengah maraknya penggunaan gadget, kita tetap harus mampu menjaga tradisi tanpa mengurangi nilai dan esensinya,” tambahnya.