Moderasi Beragama Redam Konflik Horizontal Antar Umat Beragama

Admin bulelengkab | 22 Agustus 2023 | 263 kali

Indonesia sebagai sebuah negara, memiliki keberagaman suku bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama. Oleh sebab itu, moderasi beragama perlu digaungkan guna mencegah konflik horizontal yang berpotensi timbul akiban gesekan antara umat beragama.


Demikian disampaikan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Buleleng Kepala Komang Kappa Tri Aryandono dalam kegiatan "Dialog Mahasiswa dengan Tokoh Lintas Agama" di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan, Selasa, (22/8). Acara tersebut menghadirkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Buleleng sebagai narasumber


Moderasi beragama menurut Kappa merupakan cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem. Tolok ukur moderasi beragama yang pertama adalah kemanusiaan. Sehingga, jika ada paham yang mengatasnamakan agama namun merendahkan harkat, derajat, dan martabat kemanusian. Bahkan, menghilangkan sesama manusia, maka tindakan tersebut sudah berlebihan atau ekstrem.


Melalui kegiatan ini Kappa mengajak para mahasiswa untuk bersatu dan bekerjasama untuk memelihara moderasi beragama. Sehingga, ancaman terhadap Bangsa Indonesia terkait paham ekstrem dapat dihindari.


"Extremisme, radikalisme, ujaran kebencian, hingga retaknya hubungan antar umat beragama merupakan masalah yang harus dihadapi bersama oleh Bangsa Indonesia saat ini," tegasnya di hadapan 50 orang mahasiswa peserta.


Masih kata Kappa, moderasi beragama yang berorientasi pada kemuliaan manusia sangat tepat untuk Bangsa Indonesia yang majemuk. Maka, kaum moderat dan pemimpin lintas agama harus lebih aktif mengisi ruang-ruang spiritualitas umat. 


Sementara itu, Ketua Jurusan Dharma Duta di STAHN Mpu Kuturan I Nyoman Suardika, mengajak mahasiswa untuk merawat dan menumbuhkan sikap toleransi melalui penerapan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari. 


Menurutnya, pemahaman yang positif terhadap perbedaan agama dapat menghasilkan harmoni sosial. Ia juga menegaskan bahwa kendati keyakinan agama beragama, tujuan akhir yang sama yaitu kebaikan dan kedamaian harus senantiasa dijaga. (can)