Tingkatkan Teknologi Pertanian, Petani Muda Keren Kembangkan Village Smart Farming

Admin bulelengkab | 03 Juni 2021 | 851 kali

Menyongsong revolusi 4.0, sektor pertanian juga memiliki peluang untuk berkembang dengan memanfaatkan teknologi modern. Menyikapi itu, Koperasi Petani Muda Keren (PMK) mengembangkan teknologi Village Smart Farming yakni konsep pengelolaan pertanian yang terintegrasi dengan pemanfaatan teknologi informasi. 

 

Ditemui usai melakukan peninjauan pilot project-nya di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar pada beberapa hari lalu Ketua PMK Anak Agung Gede Agung Wedhatama mengatakan pengembangan Village Smart Farming ini merupakan upaya dalam mewujudkan Agriculture 4.0 yang di dalamnya termasuk digitalisasi.

 

Dalam mewujudkan digitalisasi, langkah Agung Wedha yang juga merupakan pendiri startup Bali Organik Subak (BOS) meliputi pembuatan aplikasi BOS Farmer App yang berguna dalam penyusunan big data pertanian meliputi luas lahan, komoditas, dan lain sebagainya. Big data tersebut menurutnya sangat berguna dalam memantau jumlah panen yang akan dihasilkan di masa mendatang, sehingga dapat terpantau dengan baik dan membuat petani terhindar dari jatuhnya harga akibat panen raya yang terlalu banyak.

 

Selain itu dari segi permodalan, dirinya membuat aplikasi Financial technology (Fintech) bernama Nabung Tani yang dikelola oleh Koperasi PMK. Selain membantu permodalan dari segi uang, pihaknya juga membantu dari segi pupuk, bibit, dan pestisida yang semuanya organik, serta pinjam pakai peralatan pertanian. Semua peminjaman modal tersebut dapat dikembalikan setelah panen, sehingga para petani tidak dipusingkan oleh modal saat mulai menggarap lahannya.

 

Selain itu dari segi operasionalnya, Agung Wedha menerapkan Smart Farming dengan konsep Internet of Things (IoT). Dimulai dari mekanisasi atau pengelolaan pertanian dengan mesin dan peralatan canggih. Melalui mekanisasi, diharapkan petani dalam mengelola lahan atau kebunnya dapat lebih efisien dari segi harga maupun tenaga.

 

“Contohnya penyiraman kebun-kebun menggunakan irigasi tetes atau drip irrigation, sehingga air bisa lebih hemat, tenaga yang dikeluarkan bisa lebih sedikit, jadi biayanya bisa lebih ditekan” ungkapnya.

 

Sementara segi pengawasan para petani juga dapat memantau kondisi kebunnya, mulai dari tingkat keasaman tanah, kelembapan, suhu, dan tingkat curah hujan. Semua hal itu kata Agung Wedha, dapat para petani pantau melalui aplikasi Farmer App di mana saja dan kapan saja, termasuk juga dalam pengoperasian alat-alatnya dapat melalui aplikasi tersebut.

 

Setelah panen, pemasaran juga pihaknya fasilitasi melalui aplikasi marketplace yaitu BOS Fresh. Melalui aplikasi itu, kata Agung Wedha masyarakat yang ingin membeli produk pertanian organik dapat mencari dan memesannya pada aplikasi tersebut. Layanan pengantaran produk meliputi seluruh daerah di Bali.

 

Melalui segala upaya yang dirinya lakukan, Agung Wedha berharap sektor pertanian dapat semakin menarik untuk digeluti oleh generasi muda. Kesan pertanian yang mulanya kotor dan merepotkan, dapat berubah menjadi modern dan penuh dengan inovasi dan kreativitas. Sehingga sektor pertanian tetap lestari dan menjadi penyangga peradaban masyarakat Bali. (can)