Serangkaian dengan Pentas Kesenian Virtual yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, turut diramaikan dengan acara bedah buku "Seratus Motif Kain Tenun dan Ukiran Buleleng". Bedah buku itu menghadirkan I Gusti Ayu Aries Sujati yang selaku penggagas buku serta pengarah materi. Selain itu, turut hadir juga narasumber lainnya yang terlibat dalam penulisan buku yakni I Ketut Supir selaku penulis dan Ni Putu Karnadhi. Sedangkan hadir sebagai moderator Kepala Dinas Kominfosanti Buleleng I Ketut Suweca. Acara yang berlangsung di Gedung Sasana Budaya Singaraja pada Rabu (2/12) itu secara resmi dibuka oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana.
Dalam sambutannya, Bupati yang akrab disapa PAS itu sangat gembira akan terbitnya buku tersebut. Menurutnya, buku itu sangat penting untuk dibaca oleh masyarakat Buleleng terutama generasi muda. Hal itu karena dengan buku ini, para pembaca dapat mengenal lebih jauh motif endek dan ukiran yang khas Buleleng sejati.
Lanjutnya, hal itu sejalan dengan kebijakannya yang mengarahkan ASN lingkup Pemkab Buleleng dalam melestarikan endek khas Buleleng yakni endek singa. Dengan kehadiran buku ini PAS mengharapkan endek khas Buleleng semakin diminati oleh masyarakat.
Namun, PAS menyayangkan akhir-akhir ini banyak terdapat endek singa palsu yang beredar di pasaran yang dibuat dengan cetakan pabrik. Hal itu tentunya merugikan penenun endek asli Buleleng. Untuk itu, PAS mengingatkan masyarakat agar tidak membeli yang palsu.
Sementara terkait ukiran khas Buleleng. PAS mengatakan motif ukiran Buleleng sebetulnya memiliki ciri khas yakni motifnya memiliki ukuran yang lebih besar ketimbang motif ukiran Bali selatan. Namun, akibat motif ukiran Bali selatan lebih populer, secara tidak sadar perajin Buleleng jadi mengikutinya. Maka dari itu, diharapkan dengan kehadiran buku ini jati diri ukiran khas Buleleng dapat diperkuat lagi.
Dalam bedah buku itu, terungkap bahwa tujuan penulisan buku itu adalah untuk mengenalkan kekayaan budaya asli Buleleng motif endek dan ukiran khas Buleleng lebih jauh lagi kepada masyarakat. Hal itu dilakukan dengan harapan masyarakat tergugah dengan keindahan motif endek dan ukiran khas Buleleng sehingga timbul kesadaran untuk melestarikannya.
Acara tersebut diikuti dengan antusias oleh masyarakat Buleleng, salah satunya adalah Gede Ariady Mahayasa Wiguna asal Bebetin. Diwawancara melalui seluler setelah menonton siaran langsung secara virtual, Ia mengaku mendapat pengetahuan baru terkait motif endek dan ukiran Buleleng. Untuk itu, Ia sebagai masyarakat Buleleng sangat mendukung kehadiran buku ini. (can)