Seiring perkembangan zaman usaha coffee shop semakin dilirik oleh kaula muda khususnya di Bali. Pasalnya belakangan ini banyak muncul coffee shop yang tampilannya dibuat dengan berbagai konsep sesuai dengan trend pasar. Tak heran keberadaan coffee shop ini mulai menjamur, khususnya di kota-kota besar seperti di Kota Denpasar.
Tidak seperti biasanya, coffee shop umumnya berlokasi di pinggir jalan, namun coffee shop yang satu ini berlokasi di tengah-tengah pasar tradisional, yakni pasar Sanglah. Coffee shop unik ini merupakan milik warga yang berasal dari desa Bebetin, kecamatan Sawan, Buleleng.
Ketika dijumpai, Rabu (4/5), pemilik dari kedai Kopi Pasar (Kopas), I Made Erlangga Sandiadi (39) mengatakan bahwa usaha ini dikelola dengan kakak sepupunya, I Komang Setiawan (45). Kini usahanya sudah memiliki tiga cabang outlet di Bali dengan omset bisa mencapai puluhan juta perbulannya.
Pada awalnya kios yang ia gunakan sebagai tempat usaha kopi ini merupakan kios baju yang dikelola oleh ibu dari Setiawan, namun karena suatu hal, pemilik toko berhenti berjualan di Pasar. Dari sinilah muncul ide Erlangga dan Setiawan untuk membuat coffee shop yang berbeda dari yang biasanya yaitu mengusung konsep “minimalis klasik”.
“Awalnya kan kebetulan kakak sepupu besarnya di Sanglah. Sebelum ada coffee shop, awalnya tempat ini toko baju yang dikelola oleh bibi saya ibunya dari kakak sepupu. Saat itu bibi sudah ingin berhenti berjualan di Pasar,” terangnya.
Untuk bahan baku kopi, ia dapatkan dari kebun kopi milik sendiri yang terletak di kampung halamannya yakni desa Bebetin, Sawan, Buleleng. Jenis kopi yang ditanam yaitu kopi Robusta dengan alasan rasa kopi yang menyesuaikan karakteristik dari Kopas itu sendiri.
Sebelumnya, hasil kopi dari kebunnya hanya dipasarkan ke pengepul saja. Namun dengan usaha coffee shop ini diharapkan dapat mengembangkan kopi dari kebunnya, sekaligus memberikan mata pencaharian baru bagi masyakarat sekitar yang bergelut juga di bidang perkebunan khususnya tanaman kopi.
Usaha coffee shop ini baru digeluti selama dua tahun yakni mulai dari Februari tahun 2020 lalu. Kendala yang dihadapi pada saat pertama kali buka yaitu adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari pemerintah yang membatasi jam operasional usaha. Walaupun ada kendala, Erlangga memutuskan tetap membuka kedai dengan jumlah karyawan dua orang.
Erlangga tidak menyerah dengan keadaan, bahkan Ia terus berinovasi untuk menciptakan menu - menu baru. Dengan usahanya yang gigih, pada tahun 2021 Erlangga sukses membuka dua outlet cabang barunya di Bali, dan satu outlet di Kupang, dengan nama Kedai Kopas Dewi Sri, Kedai Kopas Renon, dan Kedai Kopas Rantai Damai Kupang. Masing - masing outlet diisi oleh dua orang pekerja.
“Kita baru buka ini bulan Februari 2020 lalu, jadi sudah dua tahun tiga bulan. dan perkembangannya sampai tahun ini cukup pesat sehingga kita bisa membuka tiga outlet baru selain Kopas Sanglah," ucap pria 39 tahun ini.
Lebih lanjut dijelaskan menurutnya, kopi pasar memiliki daya tarik tersendiri hingga lebih mudah diingat oleh semua orang. Guna menarik kaum milenial yang menjadi target pemasarannya, harga yang dipatokpun untuk makanan dan minuman terbilang cukup terjangkau. Harga makanannya dibanderol dengan harga mulai dari 6 ribu rupiah yakni berupa roti bakar dengan tiga varian rasa. Sementara untuk minuman harganya mulai dari 7 ribu rupiah yakni kopi panas Americano.
Selain kaum milenial, karena lokasinya yang cukup dekat dengan RSUP Sanglah, beberapa tim medis pun juga datang ke kedai ini. Demikian juga beberapa komunitas sering berkunjung ke sini seperti komunitas bola, motor, dan bankers.
"Sebenarnya kita tidak pernah membatasi segmen market karena lokasi pasar siapa aja bisa masuk cuma kita berusaha untuk bisa diterima di semua kalangan,"pungkasnya.
Lebih jauh pria yang akrab disapa angga ini mengungkapkan jika ada menu favorit kopi yang sering di pesan yaitu Cappucino. Di mana proses dalam pembuatannya tersebut dari awal grinder biji kopi, selanjutnya mengextract kopi sesuai takarannya, dan steam susu untuk pembuatan latte art.
Selama dua tahun lebih membuka kedai ini, Erlangga mengatakan pendapatan kotor per outlet yang ia dapatkan dalam sebulan kurang lebih hingga 20 juta rupiah. Angka tersebut belum dikurangi dengan beberapa biaya operasional seperti gaji karyawan ataupun biaya maintenance lainnya.
Dengan kondisi usahanya yang sedang berkembang ini, tidak membuat Erlangga berpuas diri. Ke depannya, Ia memiliki keinginan tidak hanya membuka kedai kopi, namun akan memulai usaha baru yaitu ekspor beberapa jenis kopi. (Ag)