Poklahsar Sari Mutiara Sulap Mutiara Jadi Beragam Kerajinan

Admin bulelengkab | 22 Oktober 2020 | 103 kali

Kerang dikenal sebagai biota laut yang memiliki beragam potensi untuk dikembangkan menjadi barang bernilai ekonomi tinggi bila dapat dimanfaatkan dengan baik. Potensi itu dilihat oleh Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Sari Mutiara sebagai peluang emas untuk meraup keuntungan.

Melalui usaha kreatif dan inovatif, kelompok yang bertempat di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak ini menyulap kulit Kerang menjadi beragam produk kerajinan yang unik dan indah. Diketuai oleh Endi Rahman, proses produksi Poklahsar Sari Mutiara ditekuni oleh 15 orang anggota kelompok yang kesemuanya adalah perajin kulit Kerang.

Lebih jauh mengenai Poklahsar Sari Mutiara, dijelaskan oleh Endi Rahman saat diwawancarai melalui pesan elektronik pada Kamis (22/10), kelompoknya mengolah cangkang Kerang dari berbagai jenis dan ukuran menjadi beragam produk seperti perhiasan anting, gelang, cincin, kalung, liontin, gantungan kunci, maupun perabot seperti piring, sendok, garpu, pisau, mangkok. Selain itu, berbagai hiasan rumah juga diproduksi seperti vas bunga, bingkai foto, dan sebagainya.

Semuanya, kata Endi diolah oleh kelompoknya dengan bahan limbah kulit kerang yang didapat dari industri budidaya kerang di Gerokgak maupun dari penduduk.

“Limbah kulit kerang ini kami dapatkan dari perusahaan budi daya kerang mutiara yang ada di Gerokgak, selain itu juga berasal dari penduduk setempat yang biasa mencari limbah kerang,” jelas Endi.

Endi menambahkan, selain mendapatkan bahan baku limbah kulit kerang dari Gerokgak, pihaknya juga membeli di Kabupaten lain di Bali dan beberapa juga didatangkan dari pulau Jawa. Sedangkan terkait jenis kulit kerang yang diolah disebutkan oleh Endi antara lain kerang mutiara, black massel, Abalone New Zealand, Kupang, serta Abalone lokal.

Setelah diolah menjadi berbagai bentuk kerajinan, Endi mengungkapkan pihaknya bisa menjual produknya dengan harga yang termurah mulai dari Rp. 15.000,- hingga yang paling mahal mencapai Rp. 3.000.000,- tergantung dari ukuran produk serta tingkat kesulitan pembuatannya. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membuat satu produk kerajinan kulit kerang bisa 2 s.d 4 hari.

Disinggung terkait pemasaran produknya, Endi menjelaskan Poklahsar Sari Mutiara telah memiliki jaringan pemasaran yang cukup luas. Jadi, tidak hanya di wilayah Pemuteran, namun juga telah merambah daerah lain di Bali seperti Kuta dan Kumbasari. Selain itu pihaknya juga mengekspor ke luar negeri seperti ke Australia, Perancis, Spanyol, dan Belanda.

Lanjut Endi, untuk pemasaran ke Australia pembeli mendatangi tempatnya untuk mengambil barang, sedangkan untuk ke Prancis, Spanyol, dan Belanda Ia bekerja sama dengan teman yang membuka artshop di sana dan secara rutin pihaknya mengirimkan produk-produk yang diminta. Biasanya cenderung berupa kerajinan aksesoris.

“Namun kadang tamu langsung datang ke rumah dan minta dibuatin suatu produk, dan kita kirim setelah selesai dibuat” imbuh Endi

Sayangnya, akibat pandemi Covid-19 Endi mengaku kelompoknya sangat terdampak. Padahal sebelum pandemi Covid-19 pihaknya bisa meraut omzet 15 juta rupiah per perajin dalam setiap bulannya, dengan keuntungan mencapai 5 juta rupiah. Namun, kini Ia mengaku kelompoknya seakan mati suri, sehingga untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari Ia dan kelompoknya harus melakukan pekerjaan sampingan seperti melaut mencari ikan dan menjual ikan kering.

Maka dari itu, Ia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir agar kondisi perekonomian seluruh dunia kembali normal, sehingga penjualan produk mereka dapat kembali seperti sedia kala. (cnd)