Kabupaten Buleleng kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal melalui partisipasi aktif pada dua lomba bergengsi tingkat Provinsi Bali serangkaian peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-53 yang diselenggarakan oleh Tim Penggerak PKK Provinsi Bali bertempat di Gedung Nari Graha, Denpasar, Jumat, (20/6).
Buleleng tampil di ajang Lomba Senam Nangun Sat Kerthi Loka Bali 2025 dan Lomba Memasak Menu Pangan Lokal Non Beras dan Ikan dengan membawa semangat khas daerah yang kuat dan penuh warna.
Dalam ajang lomba memasak, Buleleng diwakili oleh SMKN 1 Seririt dengan pembina Ketut Suartini. Sejak April 2025, tim telah mempersiapkan diri secara intensif, mulai dari seleksi siswa hingga pelatihan pengolahan bahan. Sajian yang ditampilkan merupakan olahan pangan lokal dengan sentuhan inovasi, seperti rujak bancih sebagai pembuka, menggunakan bumbu pisang pelutuk dan cuka buah khas Buleleng. Sebagai hidangan utama, disajikan belayag sorghum yang dipadukan dengan protein ikan dan bumbu pelongos, bumbu khas dari wilayah Seririt. Tak kalah menarik, penutupnya adalah jaje tulud sela, kombinasi tepung beras dengan umbi-umbian lokal seperti ubi ungu dan ubi kuning.
“Kami memilih sorghum karena tanaman ini banyak tumbuh di Buleleng dan mencerminkan potensi lokal yang luar biasa,” jelas Suartini.
Ia mengakui bahwa proses pencarian racikan dan tekstur yang tepat memerlukan banyak uji coba. Selain keterampilan mengolah bahan, kemampuan public speaking para siswa juga dilatih agar mampu menyampaikan filosofi dan nilai dari setiap sajian kepada dewan juri secara meyakinkan.
Sementara itu, semangat budaya juga ditunjukkan oleh tim dari SMAN 4 Singaraja yang tampil dalam lomba senam dengan mengangkat tema lokal megoak-goakan, dipadukan dengan simbol ikonik Buleleng yaitu Turyapada Tower yang berada di wilayah Pegayaman, Sukasada. Di bawah arahan pembina Mila, tim senam berlatih sejak April, diawali dengan proses seleksi peserta hingga penggarapan koreografi yang dinamis dan penuh makna.
“Kami ingin menghadirkan sesuatu yang benar-benar mencerminkan Buleleng, baik dari gerak, tema, hingga energi yang ditampilkan,” ujar Mila.
Menyatukan puluhan peserta dalam satu gerakan padu bukanlah hal mudah, namun semangat kebersamaan dan kebanggaan akan identitas daerah menjadi kunci keberhasilan mereka. Mila menegaskan bahwa kemenangan bukanlah tujuan utama, melainkan tampil sebaik mungkin demi membawa nama baik daerah.
“Juara itu bonus, yang penting anak-anak tampil maksimal dan percaya diri,” tegasnya.
Kehadiran dua tim ini tidak sekadar sebagai bentuk keikutsertaan, tetapi juga merupakan upaya nyata memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan budaya serta potensi lokal Buleleng kepada khalayak luas. Melalui kuliner, gerakan senam, hingga simbol visual seperti Turyapada Tower, Buleleng tampil sebagai daerah yang tidak hanya kaya akan warisan budaya, tetapi juga mampu mengemasnya dalam bentuk inovatif dan relevan dengan semangat zaman. (Ag)