Perasaan jengah dengan polusi udara akibat kendaraan bermotor membuat I Putu Dedi Wihartama Griadhi ingin membuat kendaraan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Terpikir olehnya untuk memanfaatkan energi terbarukan yang selain lebih ramah lingkungan, juga lebih hemat biayanya.
Gagasan itulah yang mendorong pria asal Desa Sanggalangit itu untuk membuat mobil listrik bertenaga surya. Mulailah Dedi merancang prototype mobil tersebut mulai dari kerangka besi, roda belakang, roda depan, pengendali, dan penggerak berupa dynamo yang ditenagai oleh baterai dan panel surya. Modalnya, Dedi merogoh kocek sebesar 30 juta untuk mekanisme penggeraknya dan 5 jutaan untuk bahan-bahan lainnya.
“Saya pakai dari bahan-bahan sederhana untuk prototype atau percobaan pertama, biar ndak banyak biaya yang keluar dan terwujud saja cita-cita saya menggunakan tenaga matahari,” ujar Dedi pada Kamis, (9/6).
Fitur-fitur mobil tenaga surya, Dedi rancang sebagaimana mobil konvensional yaitu lampu sen, lampu depan, lampu belakang, dan audio device. Namun, Dedi menambahkan fitur tambahan berupa jack listrik agar bisa memanfaatkan energi dari panel surya.
“Kita sediakan jack atau external cable dan inverter untuk merubah tegangan, kalau misalnya siangnya tidak habis digunakan energinya, bisa untuk keperluan listrik di rumah,” ungkapnya.
Untuk menyimpan energi yang dihasilkan panel surya, Dedi menggunakan baterai VRLA, jenis baterai deep cycle dengan daya 20 ampere 60 volt yang bisa recharge berkali-kali. Umur penggunaan baterai tersebut jika digunakan dan dirawat dengan baik bisa lebih dari 5 tahun.
Mobil bertenaga surya itu, kata Dedi dapat menjadi kendaraan alternatif yang lebih hemat, ramah lingkungan, namun cukup tangguh untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Selain dapat digunakan seharian penuh selama ada sinar matahari, mobilnya itu juga dapat digunakan beberapa lama saat malam hari.
“Sambil jalan kan bisa ngisi dia, selama ada penyinaran ke mobil ini, terus saja bisa jalan dengan kecepatan 40 Km per jam. Sedangkan tanpa sinar matahari mampu berjalan sejauh 15 km bolak-balik," jelasnya.
Selain itu, Dedi mengklaim mobil tersebut juga cukup tangguh untuk melakukan pekerjaan sehari-hari bagi masyarakat, kapasitas muatannya sekitar 500 sampai 750 kilo gram.
“Jadi kalau untuk keperluan mengangkut sampah di desa-desa itu sudah lumayan cukup,” imbuh Dedi.
Rencananya setelah mobil ini melewati masa uji coba dan dikomersialisasikan ke masyarakat, Dedi akan menyediakan spare part yang diperlukan sebagai bentuk layanan purna jual kepada para pembelinya.
Bukan teknisi listrik, bukan juga insinyur mobil. Pria bergelar Sarjana Ekonomi itu semata-mata mempelajari ilmunya secara otodidak sebagai hobi. Banyak ilmu yang dipelajari seperti belajar micro controller, membuat CNC, serta memprogram IC seperti Atmega dan Arduino.
Tidak hanya memanfaatkan panel surya untuk mobil, namun Dedi juga menerapkan panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik di rumahnya. Dayanya cukup untuk menghidupkan 2 unit AC, lampu-lampu penerangan, pompa air, mesin cuci, dan kulkas. Dedi memakai 2 unit baterai Lifepo4 untuk menyimpan tenaga listrik di rumahnya. Per unit harganya bisa mencapai 20 juta rupiah.
“Semua sudah bisa tercover menggunakan tenaga panel surya ini, jadi tanpa listrik PLN sudah bisa 24 jam kita pakai dengan panel surya,” jelas Dedi.
Motivasi terbesar Deddy untuk memanfaat tenaga surya adalah karena di Bali, Indonesia sebagai Negara tropis, persediaan sinar matahari sangat melimpah. Sehingga, sangat sia-sia jika tidak dimanfaatkan dengan baik.
Untuk itu, dirinya tidak bosan membuat terobosan energi terbarukan sebagai solusi pemanfaatan energi yang lebih murah dan ramah lingkungan. Selain itu, dirinya juga memiliki semangat berbagi keilmuan dan pengalaman secara gratis melalui kanal youtubenya DEDDYADV CREATIVE. (can)