Kerajinan Aluminium Desa Menyali Rambah Pasar Mancanegara

Admin bulelengkab | 14 Desember 2020 | 176 kali

Desa Menyali berada di Kecamatan Sawan den­gan luas 4,27 Km persegi yang berbatasan langsung dengan Desa Bebetin sebelah sela­tan, Desa Jagaraga sebelah utara, Desa Bengkala sebe­lah timur dan Desa Suwug sebelah barat dengan terbagi menjadi 2 banjar dinas yaitu Banjar Dinas Kawanan dan Kangingan. Sejak dahulu Desa Menyali sudah terkenal sebagai penghasil kerajinan bokor aluminium, dari jum­lah penduduk keseluruhan 5.329 jiwa, sebanyak 20 pers­en bergelut sebagai perajin bokor secara turun temurun dengan alat-alat bukan mesin atau masih manual.

Mengenal lebih jauh Kerajinan Aluminium Desa Menyali, Tim Peliputan Singa Manggala datang ke Desa Menyali. Pada kunjungan kali itu, Sekretaris Desa Men­yali Nyoman Warna yang menyambut kedatangan tim untuk selanjutnya berbincang sedikit terkait kerajinan unggulan di desanya itu, bertempat di ruang kerjanya pada Jumat, (11/12).

Kepada Tim Singa Manggala, Nyoman Warna menjelaskan produk yang dihasilkan oleh perajin alu­minium di Desa Menyali dulunya tidak beragam sep­erti saat ini, melainkan monoton hanya berupa sangku, bokor, dan saab. Namun sejak mereka diajak untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh in­stansi terkait, variasi produk yang dapat dihasilkan men­jadi lebih beragam, selain itu produk-produk kerajinannya juga dapat merambah pasar yang lebih luas.

”Dengan produk yang variatif banyak hotel-hotel, vil­la dan kelompok memesan. Bahkan kerajinan aluminium ini sampai di ekspor ke mancanegara,” jelasnya.

Kerajinan aluminium Desa Menyali, kata Nyoman Warna merupakan kebanggaan bagi Desa Menyali. Sebab, menurutnya melalui kerajinan aluminium desanya menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luar daerah atau bahkan luar negeri. Selain itu juga bisa menjadi mata pencaharian dengan keuntungan yang menggiurkan.

Untuk mengenal lebih jauh lagi Kerajinan Alumin­ium Desa Menyali, Nyoman Warna mengajak tim untuk mendatangi langsung salah satu perajinnya yaitu Ketut Sukra Wenten selaku pemilik usaha “Pak Gek Aluminium”.

Ditemui oleh Tim Singa Manggala di rumahnya, per­ajin yang membuka usaha kerajinan aluminiumnya di Banjar Dinas Kanginan Desa Menyali itu mengaku menggeluti ker­ajinan aluminium sudah secara turun temurun sejak tahun 1977, diwariskan oleh orang tuanya sampai sekarang. Nama Pak Gek Aluminium disematkan karena anak pertama di­panggil Gek sehingga lebih dikenal dengan Pak Gek. Usaha kerajinan aluminium miliknya dulunya hanya menghasilkan produk untuk sarana upacara agama Hindu seperti bokor atau tempat canang, sangku atau tempat tirta, tempat bunga atau kuangen dan saab, usaha yang digeluti sejak kecil ini pe­masarannya pun masih bersifat lokal saja. Namun semua berubah sejak tahun 2005, Pak Gek mengatakan berkat dulunya mengikuti pelatihan dan pen­galaman pernah bekerja di Gianyar sebagai tukang ukir serta dirinya memiliki banyak kenalan yang bergelut di usaha art shop. Bapak dari 4 orang anak ini mulai berani mengem­bangkan produk yang lebih beragam kombinasi bahan dasar aluminium dengan bahan kayu dan rotan. Produk-produk kerajinan yang dihasilkan Pak Gek Aluminium yang mulan­ya hanya sarana upacara keagamaan, sejak saat itu menjadi lebih banyak ragamnya. Diakuinya, sudah 162 model kera­jinan sudah dihasilkan misalnya tempat alat tulis, tempat sampah, tempat tisu, tempat buah, aneka lampu hias dan taman, tempat cermin, souvenir-souvenir, asesoris , hiasan untuk keperluan villa dan hotel-hotel serta berbagai macam produk lainnya.

Dari sisi harga produk, Pak Gek menjelaskan harga produk kerajinannya bervariasi tergantung tingkat kesulitan, besar kecil dan kualitasnya, ada kualitas ada harga. Namun ia tidak memungkiri jika pemesan ingin menyesuaikan kualitas sehingga harga bisa diturunkan. Adapun harga dari termurah mulai ornament untuk hotel Rp. 250 perpieces dan tertinggi yakni kap lampu Rp. 225.000,- perpieces. ”Kita komunikasi kepada pemesan bahwa produk-produknya bisa disesuaikan dengan harga, karena bahannya ada tingkat kualitasnya juga mulai KW 1-4,” jelasnya.

Produksi kerajinan tersebut ungkap Pak Gek, rata-rata perhari bisa 10-50 pieces untuk tingkat mudah, tingkat sedang sekitar 5-20 pieces dan tingkat sulit maksimal 10 pieces per hari dengan melibatkan 3 karyawan yang sudah mahir diupah sesuai UMK sebesar Rp. 2.250.000,- dengan 30 hari kerja perbulan.

Terkait bahan baku seperti kawat dan aluminium, ia mengakui membeli dari toko di kota Singaraja dengan harga aluminium Rp. 50.000- Rp. 100.000,- perlembar tergantung ketebalannya, sedangkan kawat juga sesuai ukuran dari Rp. 850.000- Rp. 900.000 per 50 Kg. ”Sejak 8 bulan lalu ada penduduk disini yang menjual bahan bakunya. Kita merasa terbantu sehingga lebih dekat membeli bahannya,” ucapnya.

Ayah dari 4 orang anak ini merasa beruntung,variasi produk kerajinan saat ini sudah banyak dijual seluruh Bali dan ke luar Bali bahkan sampai di ekspor ke luar negeri sep­erti Negara Abu Dabi, Australia, Jerman, Belanda, Jepang serta negara lainya.” Jaringan dengan artshop-artshop dan sering mengikuti pameran-pameran yang dinaungi oleh Di­nas Perdagangan Koperasi Kabupaten Buleleng, Dekranasda Provinsi dan Kabupaten Buleleng sangat membantu dalam memasarkan dan mempromosikan kerajinannnya.

Lanjut Pak Gek, kepercayaan konsumen akan kualitas produk kerajinan merupakan hal mendasar dalam berkem­bangnya usaha yang ditekuninya. Setiap pemesanan produk utamanya yang diekspor, lebih dulu pak Gek mempresenta­sikan produknya di hadapan tamu itu sendiri, sehingga para pemesan yakin akan kualitasnya. ”Pemasaran produk kita sangat fleksibel melalui media sosial juga namun dominan melalui door to door ke costumer,” jelasnya.

Namun sejak pandemi Covid-19 melanda Dunia, un­gkap Pak Gek pendapatannya menurun drastis sebelum pan­demi omzetnya rata-rata perbulan mencapai Rp. 5.000.000,- namun saat ini turun Rp. 2.200.000,- karena ekspor tidak jalan, pemesanan dibatalkan akibat event-event promosi tidak jalan. ”Kita tidak mengeluh karena kondisi sekarang, kita tetap berproduksi melayani pembeli langsung dengan 1 karyawan perhari dari total 3 karyawan yang kita jadwalkan bekerjanya. ya cukup memenuhi makan kita sehari-hari,” ucapnya bersyukur.

Disinggung terkait bantuan dari pemerintah bagi usa­ha terdampak Covid-19, Pak Gek mengakui sudah mendapat Bantuan Stimulus Usaha (BSU) dari Dinas Perdagangan, Per­industrian, Koperasi dan UKM Kabupaten Buleleng sebesar Rp. 1.800.000,- sekali dapat.

Kedepannya, Ia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir dan kehidupan di Bali dapat kembali seperti sedia kala, sehingga upaya pemulihan ekonomi termasuk bagi per­ajin sepertinya dapat segera dilaksanakan oleh instansi ter­kait, agar semuanya dapat bangkit kembali. “Saya berharap pandemi Covid-19 segera hilang dan kepada dinas terkait di dalam promosi dan pemasaran agar ada stand khusus atau workshop di tengah kota yang memajang kerajinan UMKM Buleleng serta dijadikan stokist untuk supply pemesan online dan offline,” harapnya. (wdi)