Menyikapi kondisi inflasi yang masih terjadi di Kabupaten Buleleng, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng, Drs. Gede Suyasa, M.Pd menginstrusikan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng untuk melakukan gerakan menanam cabai di seluruh desa/kelurahan. Hal itu disampaikan usai mengikuti Rapat Koordinasi Pengawasan dan Pengendalian Inflasi secara virtual di Ruang Rapat Kantor Bupati Buleleng, Selasa, (23/8).
Gerakan menanam cabai seluruh desa/kelurahan itu dimaksudkan agar dapat mengendalikan inflasi khususnya komoditas cabai yang selalu terjadi setiap tahunnya. Sekda Suyasa menerangkan bahwa pihaknya telah mengerahkan dua perusahaan daerah yakni Perumda Pasar Argha Nayottama dan Perumda Swatantra untuk melakukan intervensi terhadap komoditi kebutahan pokok yang mengalami inflasi cukup besar. “Inflasi pada Bulan Juli lalu sudah turun drastis mencapai 0,4%. Memang terlihat turun, namun secara kumulatif masing tinggi. Tercatat perhitungan inflasi di Buleleng tahun pertahun skala Nasional mencapai 4%. Kami harapkan bisa deflasi bulan berikutnya,” ujar Sekda Suyasa yang juga Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Buleleng.
Sebagai salah satu upaya strategis mengendalikan inflasi, khususnya harga cabai, Sekda Suyasa meyakini gerakan menanam cabai seluruh desa/kelurahan dan juga seluruh SKPD lingkup Pemkab Buleleng dapat memberikan dampak besar terhadap penurunan harga cabai di pasar. Gerakan menanam cabai secara masif itu juga diyakini mampu menjawab pemenuhan pasokan sebesar 30%. “Jika cabai ini sudah berbuah dan dinikmati untuk konsumsi sendiri, maka akan mampu mengurangi kebutuhan pasar dan otomatis dapat menekan harga agar tidak naik,” ujar Sekda Suyasa.
Sementara itu, Kadis Pertanian Buleleng, Ir. Made Sumiarta menerangkan penganggaran untuk gerakan menanam cabai seluruh desa/kelurahan itu akan diusulkan pada proses perubahan anggaran bulan Oktober nanti. Nantinya setiap desa/kelurahan melalui kelompok wanita tani (KWT) wajib menyiapkan lahan seluas 10 are untuk ditanami bibit cabai. “Kita kan punya 148 desa, kalau kita bisa menanam 100 desa saja masing-masing 10 are kan lumayan kita dapat 10 hektar. Ideal produksi cabai untuk luasan 10 are itu kan 1,5 ton, bayangkan nanti kita punya kurang lebih sekitar 15 ton untuk 10 hektar,” terangnya.
Terkait penganggaran yang akan diusulkan, Kadis Sumiarta berencana memasang anggaran sebesar Rp. 200 juta untuk bantuan berupa benih, pupuk organik dan anorganik. Nanti pengelolaan cabai oleh KWT itu akan menggandeng perumda di Buleleng terkait pemasaran produksi cabai. Hal penting yang menjadi prioritas adalah masing-masing desa/kelurahan mampu mandiri terhadap kebutuhan cabai. “Astungkara usulan anggaran pada perubahan nanti disetujui, sehingga tahun ini sudah bisa disalurkan kepada KWT di masing-masing desa,” harapnya. (Agst).