Kedai Kopi Dekakiang, Menumbuhkan Nostalgia hingga Mengaktifkan Ruang

Admin bulelengkab | 03 September 2023 | 342 kali

Usaha kuliner selalu menarik dan punya peluang. Semangat di kalangan pelaku UMKM memberi harapan menggerakkan perekonomian daerah seusai pandemi Covid-19 mereda.



Hiruk-pikuk kehidupan kota yang serba tergesa-gesa membuat warga mencari oase untuk menyegarkan pikiran. Saat rutinitas harian membuat penat, nongkrong bersama teman-teman atau bersantai bersama keluarga dan menikmati kopi di kedai saat akhir pekan bisa menjadi jawaban. Suasana itu tergambar di kedai Kopi Dekakiang, pada Minggu (3/9).


Suasana hangat terasa di kedai kopi yang terletak di Jalan Sedap Malam Nomor 20, Kelurahan Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Kedai kopi ini berdiri di bekas rumah tua yang menumbuhkan kesan nostalgia. Dengan pekarangan seluas sekitar 250 meter persegi, kedai ini menjadi tempat nongkrong favorit kalangan anak-anak muda hingga orang tua.


Sore itu, belasan orang duduk bersantai di sana. Ada keluarga yang sedang bercengkrama. Sambil bersantai, mereka berfoto di sudut-sudut kedai dengan latar belakang tanaman. Ada pula sejumlah anak muda yang asyik bermain gim sambil sesekali menyeduh kopi susu. Mereka bisa duduk hingga berjam-jam di kedai kopi. 


"Saya baru pertama ke sini. Lihat di Instagram teman. Tempatnya asyik banget buat nongkrong. Rasa kopinya juga enak. Selain itu, sebagai mahasiswa, pertimbangannya karena harga kopinya terjangkau," kata Rusdi, 21. Di Kopi Dekakiang, Rusdi menghabiskan waktu berjam-jam bersama teman-temannya untuk mengobrol berbagai topik.


Kedai Kopi Dekakiang dirintis oleh Ida Bagus Made Mahadi Kemenuh, 42, pada April 2022 lalu. Pandemi Covid-19 yang baru saja berlalu dan melumpuhkan perekonomian tidak membuatnya kehilangan ide untuk mencari cuan. "Momennya tepat, euforia setelah pandemi Covid-19, orang bosan di rumah dan maunya nongkrong," kata dia.


Gus Mahadi, sapaan akrabnya, membuka usaha kedai kopi berlatar pengalamannya beririsan dengan dunia kopi sejak kecil. Ia mengenang perkenalannya pertama dengan kopi sewaktu masih kecil dari sang kakek. Memori itu ia abadikan melalui nama kedai Kopi Dekakiang. Dari kata Ida Kakiang yang dalam bahasa Bali merupakan sapaan untuk kakek. 


"Karena suka nongkrong, dari dulu saya punya keinginan untuk bikin tempat nongkrong. Selain itu, ngopi menjadi rutinitas untuk saya. Sempat ingin bikin usaha lain, tapi ujung-ujungnya tetap di kopi. Semacam hasrat yang sempat tertahan karena masih bekerja kantoran. Tahun 2021 mengundurkan diri dari pekerjaan dan memutuskan buka usaha kedai kopi," kata Gus Mahadi.


Bermodal Rp 50 juta yang ia rogoh dati tabungan saat masih bekerja kantoran, Gus Mahadi menyulap rumah tua menjadi tempat nongkrong berkonsep industrial vintage. Bentuk dan interior rumah tua sengaja dibiarkan untuk memberi kesan nostalgia. Selain bangunan utama, terdapat area di luar ruangan yang luas. Pengunjung dapat menikmati kopi sambil bersantai.


Menurut dia, peluang usaha kuliner di Buleleng masih terbuka lebar. Sebagai daerah yang dikenal dengan Kota Pendidikan, Buleleng menjadi tempat banyak anak muda untuk bersekolah dan kuliah. Kedai kopi pun dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan nongkrong. Sementara pilihan tempat nongkrong yang punya konsep berbeda masih terbatas.


Selama ini, tren konsep coffe shop yang ada cenderung mirip. Karena itulah, kedai Kopi Dekakiang menawarkan sesuatu yang berbeda. Gus Mahadi menyadari, sebuah usaha harus mempunyai ciri khas dan keunggulan untuk bisa bertahan. Tak hanya menyuguhkan menu, ia juga menyuguhkan nuansa santai di tengah kota.


Gus Mahadi juga berusaha mengaktifkan ruang semaksimal mungkin di kedai kopi miliknya. Selain menjadi tempat nongkrong, lokasi itu rutin digelar kegiatan seperti nonton bersama hingga diskusi. "Saya ingin orang datang ke kedai untuk ngobrol, seperti konsep orang ngopi jaman dulu. Apapun obrolannya, akan sesuatu ada update," ucapnya.


Kopi Dekakiang menawarkan menu yang simpel dan sederhana. Hanya minuman olahan kopi dan teh, serta roti gandum bakar. Harganya cukup bervariatif, mulai dari Rp 9.000 hingga Rp 30.000. Penyajian kopi di kedai ini juga disuguhkan dengan cara manual. Hanya dengan sistem saring tanpa menggunakan mesin kopi. 


Setiap hari, ada lebih dari 100 pengunjung yang datang ke kedai Kopi Dekakiang. Jumlah itu terus bertambah dari awal dibuka. Suasana asri menjadi pemikat yang membuat para pengunjungnya setia. "Saya pun tidak menyebutnya pelanggan, tapi teman. Karena banyak yang kenal karena nongkrong di sini, terhubung satu sama lain dan akhirnya berteman," kata dia.


Kehadiran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti kedai Kopi Dekakiang turut berkontribusi menggerakkan perekonomian daerah seusai meredanya pandemi Covid-19. Saat perekonomian melambat, sektor ini memang sering kali menjadi penopang ekonomi di masyarakat.


Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana menyatakan komitmennya untuk mengembangkan UMKM. Hal itu bahkan menjadi prioritas Buleleng karena sektor ini merupakan salah satu penggerak perekonomian daerah. Tujuannya adalah untuk memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan pemulihan perekonomian masyarakat pasca pandemi.


Menurutnya, diperlukan desain ulang kebijakan ekonomi yang lebih mengutamakan pada potensi lokal dan UMKM. Pariwisata tidak bisa dijadikan sektor penopang ekonomi sepenuhnya karena sektor yang rentan dengan isu keamanan, bencana, hingga penyakit. Hal ini berkaca pada pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian Bali yang bergantung pada pariwisata, lumpuh.


"Salah satu upayanya adalah bagaimana UMKM kita yang banyak, dengan varian produk yang melimpah, dan kualitas yang bagus, ini perlu kita dorong," kata Lihadnyana, belum lama ini.


Saat ini terdapat 68.368 pelaku UMKM yang menjadi kekuatan Buleleng dan berpotensi untuk dikembangkan. Baru-baru ini, Pemerintah Daerah menyediakan fasilitas Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) yang dibangun untuk rumah UMKM Buleleng mengembangkan diri.


Gedung PLUT dilengkapi fasilitas inkubator bisnis yang menyediakan pelatihan gratis bagi UMKM di Buleleng. Empat inkubator bisnis yang disiapkan dengan tenaga profesional meliputi kuliner, kriya, agrobisnis, dan digital. Pada masing-masing inkubator bisnis disiapkan fasilitas termasuk tenaga profesional di bidangnya sebagai pelatih.


"PLUT Ini milik UMKM, fasilitas gratis tidak ada bayar-bayar lagi, pelatihan juga gratis, saya berharap 68 ribu UMKM itu aktif semua dan naik kelas dan Kabupaten Buleleng menjadi kabupaten UMKM," kata dia.


Pengelolaan PLUT berkolaborasi dengan berbagai komunitas, asosiasi, akademisi, pelaku bisnis, perbankan, dan pemerintahan. PLUT juga dapat menjadi media promosi dan akses pemasaran berbagai produk unggulan Kabupaten Buleleng yang diciptakan oleh para pelaku UMKM.(mzk)