Perkembangan teknologi saat ini menjadi tantangan tersendiri dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Buleleng. Sejak tahun 2017 hingga sekarang transaksi tunai sudah mulai ditinggalkan, hal ini bertujuan untuk mewujudkan tata kelola keuangan yang transparan, akuntabel, efektif, efisien dan real time. Guna mewujudkan hal itu Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Buleleng terus berinovasi dengan mengembangkan dan menyempurnakan program 3D yaitu yaitu Digital System, Digital Payment dan Digital Informatian.
Ditemui di ruang kerjanya, Rabu, (16/11) Kepala BPKPD Kabupaten Buleleng Drs. Gede Sugiartha Widiada, M.Si menerangkan komponen pendapatan asli daerah (PAD) yaitu pada pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang sah dan lain-lain PAD yang sah. Komponen pajak dan retribusi menyumbang PAD yang dominan bagi daerah. Untuk itu BPKPD gencar menguatkan komponen tersebut dengan 3D.
“Penguatan aspek infrastruktur,edukasi dan layanan masyarakat yang kami kuatkan dengan3D yaitu Digital System meliputi pelayanan dan proses bisnis berbasis digital, kemudian Digital Payment pembayaran berbasis digital dan Digital Information yaitu sosialisasi dan informasi berbasis digital,”jelasnya.
Lebih jauh, Kaban Sugiartha menerangkan Digital System dibreakdown menjadi aplikasi Smart Gov, Pos Online, PPAT Online, System pendataan pajak reklame, Pan-G Denbukit, Tax Survey, E-Ticketing DTW, E-Retribusi, Sim-RS. Kemudian Digital Payment meliputi pembayaran pajak melalui platform Indomart, M-Banking, Qris Dinamis, Gopay.”Seluruh jenis penerimaan pendapatan asli daerah telah tersedia kanal pembayaran secara digital,”ungkapnya.
Sementara itu untuk Digital Information, Kaban Sugiartha menjelaskan ada program digiform untuk bu megi, artinya program digital information untuk Buleleng melek digital. Media sosial menjadi pilihan media yang paling efektif dan mudah dalam penyebarluasan informasi, lalu penyediaan platform digital information berupa konten You Tube, Call Centre, Pan-G Denbukit dan program digital sweetener.
“Perlu kami jelaskan aplikasi berbasis android Pan-G Denbukit memiliki 7 layanan diantaranya pelayanan PBB, pelayanan Non PBB, cek tunggakan PBB, informasi status layanan, pusat informasi dan edukasi, pusat bantuan dan pengaduan masyarakat, dan kanal pembayaran sedang dikembangkan. Selain itu digital sweetener merupakan kegiatan pemberian reward bagi masyarakat yang melakukan transaksi pajak melalui kanal digital payment. Berupa 600 paket sembako, undian voucher dompet digital, dan 300 kg gula pasir. Dan program ini terus berlanjut guna menggugah masyarakat untuk bertransaksi secara digital”tambahnya.
Dalam implementasi 3 D ini, Kaban Sugiartha memaparkan masih ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain, kendala jaringan internet di beberapa daerah karena ada blankspot, tidak semua pengguna atau user paham akan teknologi. Menanggulangi hal itu, pihaknya terus bersinergi dengan instiitusi dan SKPD terkait akan kendala yang dihadapi.
”Dalam Jaringan internet misalnya Dinas Kominfosanti kami mohon dukungannya untuk memperkuat jaringan ke desa-desa dengan Bali Smart Islandnya, kemudian BPD Bali untuk terus kami ajak kerjasama dalam pengembangan software dan hardwarenya. Kemudian yang terpenting dalam 3D adalah aspek edukasi literasi untuk bu megi, pemahaman kepada masyarakat pentingnya membayar pajak, pentingnya digitalisasi dan juga aspek komitmen kami untuk mendigitalisasikan tatakelola keuangan,”tandasnya.
Di pengujung, Kaban Sugiartha berharap dengan program 3D memudahkan masyarakat untuk bertransaksi, membayar kewajibannya yang bermuara pada peningkatan PAD Kabupaten Buleleng.(wd)