Semenjak Covid-19 mulai menyebar ke Bali pada bulan Maret lalu, Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Drh. Agus Ngurah Krisna Kepakisan, M.Si mengaku segala objek wisata di wilayah TNBB ditutup untuk umum. Secara tidak langsung dengan sepinya pengunjung, jumlah populasi berbagai jenis satwa termasuk Jalak Bali perkembangannya meningkat tajam.
Ditemui usai menghadiri peresmian posko sekat, Selasa, (23/6), Kepala Balai Agus Krisna menerangkan peningkatan jumlah populasi itu terjadi sebagian besar karena sepi pengunjung TNBB. “Sekarang banyak sekali satwa berkeliaran di TNBB, ada Menjangan yang cukup banyak, dan juga Jalak Bali hingga bulan ini tercatat tinggi perkembangannya,” ujar Agus Krisna.
Dari hasil pantauannya, perkembangan Jalak Bali terus meningkat hingga mencapai 303 populasi. Kepala Bali Agus Krisna menerangkan peningkatan Jalak Bali bukan di alam liar saja, melainkan juga keberhasilan penangkaran yang dilakukan oleh 6 desa penyangga TNBB. “Kesadaran masyarakat sudah sangat baik untuk melestarikan Jalak Bali melalui penangkaran, terbukti kini populasinya mencapai 303 ekor,” terangnya. Ditambahkan, 6 desa penyangga tersebut adalah Desa Sumberklampok, Pejarakan, Blimbingsari, Ekasari, Melaya dan Gilimanuk.
Terkait peningkatan populasi Jalak Bali, dijelaskan pada tahun 2015 jumlahnya 75 ekor, tahun 2016 sebanyak 81 ekor, kemudian tahun 2017 meningkat menjadi 109 ekor, dan tahun 2019 sebanyak 256 ekor.
Disinggung terkait pemedek yang datang ke Pura Menjangan, Kepala Balai Agus Krisna mengaku memberikan ijin asalkan mematuhi protokol kesehatan. “Kami sudah bekerjasama dengan desa pakraman untuk aktivitas persembahyangan ke Pura Menjangan, pemedek boleh menyebrang yang penting mematuhi protokol kesehatan,” pungkasnya. (Agst).