Terobosan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng dalam mengembangkan produk-produk kualitas unggulan atau “Sobean Buleleng’ terus dilakukan. Dalam produk olahan pangan, kuliner khas Buleleng menjadi brand tersendiri untuk kebangkitan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Di tengah maraknya makanan dan minuman kekinian, kuliner khas Buleleng yang masih tradisional masih diminati oleh banyak orang, salah satunya adalah “Blayag Penglatan” yang sudah diakui sebagai produk “Sobean Buleleng”.
Di Buleleng banyak penjual blayag dapat kita temui, namun blayag dari Desa Penglatan memiliki keunikan rasa dari bumbu, dan sajiannya. Untuk mengetahui proses pembuatannya, tim liputan majalah Singa Manggala berkesempatan menemui salah satu pedagang blayag di Desa Penglatan, Dusun Sanih Kecamatan Buleleng, Kamis, (1/4) bernama Nyoman Sumari.
Di rumah yang sederhana berlokasi dekat pertigaan Dusun Sanih Desa Penglatan ini, keseharian ibu Nyoman Sumari melakukan aktivitasnya membuat blayag. Sambil mengobrol santai Nyoman Sumari menceritakan, dirinya menjual dan membuat blayag diturunkan oleh ibu mertuanya, kurang lebih 27 tahun lalu menggeluti pekerjaan tersebut. Dari pengakuannya, rahasia cita rasa blayag Penglatan terletak pada bumbunya dan proses pembuatannya.
Lebih jauh dikatakan oleh Nyoman Sumari sajian kuliner blayag buatannya terdiri dari blayag, sayur urab terdiri dari kacang panjang, bayam, buah papaya dan toge. Kemudian base kuning rambanan, sambel nyuh pedas, saur goreng dan toping dari gorengan kedelai, ceker ayam dan irisan daging ayam. Dari tangannya yang cekatan, ibu 65 tahun ini, mengisi ulatan janur berbentuk bantal guling ini dengan beras secukupnya untuk nantinya direbus selama 2,5 jam, kemudian sambil menggoreng kedelai ibu Nyoman meracik bumbu base kuning rambanan, sambel nyuh pedas dan saur goreng.” Bedanya, bahan bumbu untuk sambel semuanya ditumbuk, bukan digiling, saya juga tidak pernah mengurangi bumbu sambel atau base kuning sedikitpun, jika dikurangi pasti rasanya kurang pas. Untuk sambel nyuh lalahnya pun kelapanya di bakar terlebih dahulu,” akunya.
Lebih lanjut, ungkap Nyoman Sumari, dirinya berjualan di depan rumahnya mulai pukul 16.30 sampai 18.30 dibantu cucunya. Sehari rata-rata mendapat Rp. 400.000 hasil jualannya, namun jika kondisi hujan seperti sekarang hanya menghasilkan Rp. 260.000. Untuk harga per porsi Nyoman Sumari menjual Rp. 5.000-Rp. 10.000. ” Sehari membuat blayag sampai 4 Kg beras, daging ceker 1 Kg, dan daging ayam 1 Kg juga. Selain itu dirinya banyak menerima pesanan dari hotel-hotel maupun pribadi untuk acara resepsi,” ungkapnya.
Bagi para pecinta kuliner , silakan datang sore hari yang berlokasi di Desa Penglatan, sebelah timur kantor Perbekel Desa Penglatan, dijamin rasa yang disuguhkan membuat ketagihan dan harganya pun relatif murah. Kalau bukan kita yang membangkitkan produk-produk lokal Buleleng, siapa lagi?.Bersama kita bisa untuk memajukan UMKM Buleleng dan produk sobeannya. (wdi)