Kembangkan Komoditi Kelor Unggulan, Daunnya Jadi Teh dan Tepung Serta Buahnya 1 Meteran

Admin bulelengkab | 15 September 2022 | 277 kali

Ketika mendengar nama Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, sebagian besar masyarakat di Kabupaten Buleleng umumnya mengenal desa itu sebagai sumber kerbau atau “Kebo” dalam bahasa Bali. Bagaimana tidak, Desa Lokapaksa sedari dulu telah menjadi pusat peternakan kerbau, pemotongan sekaligus olahan pangan menjadi berbagai jenis kuliner kerbau.

Kedua, Desa Lokapaksa juga terkenal akan potensi perkebunan anggurnya yang sempat menjadi ikonik desa setelah kerbau. Hasil perkebunan anggur petani di desa itu sangat melimpah begitu juga kualitas buahnya yang manis, sehingga mampu menembus pasar yang luas di seluruh Bali bahkan ke luar Bali. 

Kini Pemerintah Desa Lokapaksa berencana mengembangkan dan menjadikan salah satu potensi di bidang pertanian  sebagai ikonik baru yang mampu bersaing dipasaran. Budidaya Kelor kini tengah dikembangkan di Desa Lokapaksa pada lahan yang cukup luas di dua banjar. 

Perbekel Desa Lokapaksa, Putu Dodik Tryana ketika dijumpai di kantornya, Kamis, (15/9), mengakui bahwa Kelompok Tani Tri Hita Karana Desa Lokapaksa mulai membudidayakan pohon kelor sebagai komoditi unggulan peningkatan perekonomian masyarakat. Pihaknya menerangkan budidaya kelor di desanya berkembang sangat baik, hal itu disebabkan karena telah memiliki kelompok dan koperasi. “Di desa kami memang banyak komoditi pertanian yang bagus, ada avokat dan juga porang. Namun saat ini kelor menjadi pilihan komoditi unggulan dan juga sudah ada kelompok tani dan koperasinya, namanya Tri Hita Karana,” terang Perbekel Dodik.

Perbekel yang baru menjabat itu menerangkan, semenjak melakukan kolaborasi dengan pihak Unversitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja beberapa waktu lalu, hasil pertanian kelor di desa sangat mengejutkan. Selain pohon tumbuh dengan subur beserta daun yang cukup besar dari biasanya, ukuran buahnya pun tidak seperti buah kelor kebanyakan. Setiap buah kelor yang dipanen memiliki panjang hingga 1 meter. “Kelor ini ada potensi yang buahnya sangat besar sekitar 1 meter lebih. Biasanya kan 30 cm, tapi disini bisa 1 meteran lebih,” ujarnya dengan bangga.

Pihaknya menerangkan, hingga saat ini budidaya kelor sudah dilakukan pada dua lahan yang cukup luas di 2 banjar, yakni Banjar Dinas Bukit Sakti dengan luasan lahan 3 Hektar dan di Banjar Dinas Kembang Sari lebih luas lagi. Guna memaksimalkan pembudiyaan kelor, Perbekel Dodik melakukan kerjsama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat  (LPPM) Undiksha Singaraja terkait bantuan bibit kelor dan juga pompa hidran, sehingga lahan di dua banjar itu maksimal ditanami kelor. 

Hingga kini, hasil olahan kelor sudah dipasarkan oleh Koperasi Tri Hita Karana Desa Lokapaksa kendatipun pasarnya belum luas. Namun demikian, secara bertahap Perbekel Dodik yakin produk olahan kelor Lokapaksa mampu bersaing dan menjadi ikonik desa. Hal ini juga selarasa dengan program Pemdes “one product one village”. “Kami berharap peran serta masyarakat untuk mendukung budidaya dan olahan pangan kelor yang sedang dikembangkan ini. Bantu dan bersemangat sareng sami, sehingga bisa menjadi produk unggulan di desa kita,” pintanya.

Ditambahkan, hasil olahan kelor Kelompok Tani Tri Hita Karana sudah dalam kemasan dan dijamin higienis, yakni teh kelor dan tepung kelor yang tentunya mengadung nutrisi yang baik bagi kesehatan tubuh. (Agst).