Belum lama ini, di bulan Oktober, di sebuah akun Facebook warga Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali, beredar video sederhana berdurasi dua menit lebih sedikit yang menayangkan sekelompok pria berseragam loreng angkatan darat berbaur dengan warga sipil di pinggir sebuah sungai yang tak lagi mengalir.
Dalam video itu, yang berseragam maupun tidak, terlihat sama-sama memiliki tugas-kerja masing-masing. Ada yang bagian mengaduk adonan cor, ada yang mencangkul tanah berpasir dan berbatu, ada pula yang berbaris memanjang estafet ember berisi tanah galian. Ya, orang-orang itu sedang gotong royong membangun jembatan untuk akses jalan pertanian di Dusun Tingkih Kerep, Jinengdalem, Senin (14/10/2024).
Dan para pria berbaju loreng di dalam video itu tak lain dan tak bukan ialah pasukan Komando Rayon Militer (Koramil) 01 TNI Angkatan Darat Buleleng. Selain anggota dan warga, kegiatan karya bakti itu juga dihadiri oleh Danramil 1609-01/Buleleng, Kapten Arh. Gede Buktiana, Perbekel Jinengdalem, dan beberapa tokoh masyarakat setempat.
Pemandangan semacam ini tidak hanya tampak di Jinengdalem saja, tapi juga di desa lain di pedalaman Seririt sana, tepatnya di Desa Ringdikit, sebulan sebelumnya.
Di pinggir Sungai Saba, Ringdikit, orang-orang juga sedang sibuk membangun jembatan. Tak hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak. Tak hanya warga sipil, tapi juga TNI-Polri. Mereka semua bergotong royong satu sama lain. Dan melihat pemandangan tersebut, mengingatkan kita pada salah satu adegan dalam novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer.
Peristiwa-peristiwa positif itu terjadi dalam rangka peringatan HUT TNI ke-79. Pada momen itu, Kodim 1609/Buleleng menerjunkan pasukannya untuk membantu warga setempat membangun jembatan penyeberangan semi permanen. Pembangunan jembatan ini merupakan upaya warga untuk memudahkan akses pendidikan bagi anak-anak di tiga desa, yakni Desa Ularan, Lokapaksa, dan Ringdikit.
Tak dapat dimungkiri, dua peristiwa di atas memang begitu heroik dan mengharukan. Sebab, jembatan yang dibangun TNI/Polri bersama warga ini menjadi harapan baru bagi masyarakat desa—Jinengdalem maupun Ringdikit dan sekitarnya. Tidak hanya jadi penunjang sarana pendidikan saja, tapi juga aktivitas perekonomian masyarakat sekitar.
Maka wajar jika saat itu rasa lega juga terpancar dari wajah Dandim 1609/Buleleng, Letkol Kav. Angga Nurdyana. Melihat wajah polos para siswa yang berangkat ke sekolah dengan susah payah—harus menyeberang sungai aktif yang luasnya 20 meter—itu membuat Letkol Angga tersentuh. Ia melihat pancaran mata yang begitu semangat untuk mengenyam pendidikan. Dan jembatan ini diharapkan menjadi jejak langsung keseharian mereka sepanjang menempuh pendidikan.
“Melihat wajah mereka saya terharu. Selama ini mereka terpaksa lewat sini karena jembatan gantung di bendungan itu sudah tidak layak. Jadi, dengan jembatan ini mereka bisa menyeberang dengan aman tanpa harus basah-basahan lagi,” ujar Dandim Angga di lokasi pembangunan jembatan, bulan lalu.
Apa yang telah dibabarkan adalah bentuk keikutsertaan atau komitmen TNI terhadap pembangunan di Kabupaten Buleleng. Dan berbicara pembangunan, TNI di Buleleng tak hanya bergerak pada sektor infrastruktur fisik saja, tapi juga hal-hal lain seperti, misalnya, melakukan pembinaan sosial untuk mencegah radikalisme.
Baru-baru ini, dalam upaya membendung penyebaran radikalisme dan separatisme, Kodim 1609 bersinergi dengan Pemerintah Buleleng menggelar kegiatan pembinaan komunikasi sosial dengan tema “Penguatan Karakter Generasi Muda Guna Mewujudkan Generasi Tangguh Menuju Indonesia Emas 2045”. Kegiatan ini diikuti oleh ratusan siswa-siswi sekolah di Buleleng di Gedung Gde Manik, Singaraja, Rabu (16/10/2024).
Mengenai hal ini, Penjabat Bupati Buleleng, yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Gede Suyasa, dalam sambutan tertulisnya menyampaikan apresiasi kepada Komandan Kodim 1609 atas inisiatif penyelenggaraan acara tersebut. “Kegiatan ini sangat penting dalam membangun daya cegah, daya tangkal, dan daya lawan generasi muda terhadap ideologi radikalisme dan terorisme,” ungkap Suyasa.
Sebelumnya, Dandim 1609 Buleleng Letkol Angga Nurdyana, yang juga bertindak sebagai Ketua Panitia, menekankan pentingnya penguatan karakter generasi muda dalam menghadapi ancaman tersebut. “Generasi muda adalah penentu masa depan bangsa. Penguatan karakter mereka sangat penting sebagai benteng dalam menghadapi ancaman radikalisme, khususnya sejak usia dini,” ujar Letkol Angga.
Jauh sebelum itu, pada Juli lalu, memanfaatkan lahan tidur milik Kodim 1609/Buleleng yang berlokasi di Kelurahan Banyuasri, berkolaborasi dengan Pemerintah Buleleng, TNI/POLRI menggarap lahan tersebut dengan menanam beberapa komoditas pangan, seperti cabai, terong, dan budidaya ikan nila.
“Ini tak menggunakan dana APBD. Untuk pembukaan lahannya kita dibantu TNI, bibit tanaman cabai dari Bank Indonesia. Nanti untuk pemeliharaannya akan dilakukan petugas kebersihan,” tutur Pj Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana. Mengakhiri sambutannya, Lihadnyana menyampaikan rasa syukur karena kegiatan ini mendapat sambutan positif.
Manunggaling Warga dan TNI
Hal-hal di atas tentu saja hanya beberapa program saja—sekadar sebagai contoh—bahwa TNI, selain memiliki peran dan fungsi sebagai alat pertahanan negara dari gangguan pihak asing, pula memiliki fungsi sosial di tengah masyarakat.
Tugas TNI dalam membantu pembangunan pemerintah daerah itu sesuai dengan UU No. 34 Tahun 2004. Dalam menjalankan fungsi sosialnya, TNI mempunyai kegiatan-kegiatan yang salah satunya adalah TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang berperan dalam meningkat pembangunan di desa terpencil/terisolir.
Di masa damai TNI tidak saja sebagai kekuatan pertahanan yang dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa Indonesia, tetapi juga atensinya sebagai kekuatan untuk membantu pemerintah di dalam proses pembangunan nasional melalui tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Sehingga, tidaklah berlebihan jika TNI, di samping sebagai kekuatan pertahanan, juga berkiprah sebagai kekuatan moral dan kekuatan kultural, yang mampu mengangkat citra bangsa di kancah pergaulan internasional.
Apa yang dilakukan TNI dalam program Manunggal TNI bagi kepentingan rakyat adalah semata-mata suatu bentuk gerakan moral dan fisik yang dimanifestasikan untuk memberikan pemberdayaan masyarakat secara tulus tanpa adanya unsur paksaan.
TNI dan warga membangun jembatan di Seririt | Foto: Dok. tatkala.co
Jadi, ada banyak program Manunggal TNI-AD yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, di antaranya melalui kegiatan sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, serta pembangunan fisik dan lain-lain—termasuk pembangunan jembatan di Jinengdalem dan Ringdikit.
Namun demikian, untuk mendapatkan hasil pembangunan yang lebih optimal, maka masih diperlukan upaya sinergitas oleh seluruh unsur pemerintah termasuk di dalamnya warga pada tataran pelaksanaan program pembangunan, khususnya yang menyentuh masyarakat pada daerah terisolir, daerah rawan, pulau terdepan dan pada daerah perbatasan darat antarnegara yang merupakan beranda terdepan NKRI.
“TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ini diharapkan dapat mewujudkan ketahanan wilayah yang tangguh, meningkatkan interaksi, kontribusi kebersamaan dengan pemerintah dan masyarakat guna membantu meningkatkan akselerasi pembangunan di kawasan perdesaan di Kabupaten Buleleng,” ujar Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana.
Lebih lanjut, ia mengatakan, “Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku atau subjek pembangunan yang memiliki semangat jiwa baru dan memiliki gotong royong akan mempercepat jalannya penyelenggaraan pemerintahan dalam pembangunan.”
Terkait hal itu, Lihadnyana mengucapkan terima kasih kepada TNI karena selama ini telah memberikan wujud nyata kemanunggalan dengan rakyat, salah satunya dengan membuat akses untuk transportasi di beberapa desa di Buleleng, sehingga masyarakat tidak lagi terisolir.
Tidak hanya itu, program TMMD ini juga dapat memperlancar distribusi hasil pertanian yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan para petani. “Kemanunggalan TNI, gotong royong, dan kebersamaan itu tidak bisa kita hitung. Karena TNI ini milik kita, milik rakyat,” tutur Lihadnyana. [Jas/Kom)]