Desa Les di Kecamatan Tejakula, Buleleng, menjalani asesmen lapangan dalam rangka sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan. Penilaian ini bertujuan untuk memastikan kualitas pariwisata berbasis masyarakat yang ramah lingkungan, berdaya saing, dan berlandaskan pada prinsip pelestarian. Kegiatan ini bertempat di Gedung Serbaguna Desa Les, Senin (1/9).
Tim asesor yang terdiri atas Prof. Dr. Winda Mercedes Mingkid, Prof. Dr. Nurlisa Ginting, dan Reagan Brian meninjau langsung berbagai aspek desa wisata. Penilaian mencakup tata kelola destinasi, atraksi wisata, kearifan lokal, pelestarian lingkungan, hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat. Desa Les sendiri dikenal memiliki potensi wisata bahari, kerajinan tradisional, serta budaya Bali Mula yang masih terjaga.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Gede Dody Suksma Oktiva Askara, menjelaskan bahwa asesmen lapangan ini akan berlangsung selama dua hari. Prosesnya memverifikasi data isian formulir dengan kondisi nyata di lapangan.
“Sertifikasi ini akan menjadi legasi penting bagi Desa Les untuk menyandang predikat desa wisata berkelanjutan sekaligus meningkatkan branding pariwisata Buleleng,” ujarnya
Kadis Dody juga menambahkan, bahwa hasil sertifikasi diharapkan dapat membuka peluang bagi Desa Les untuk mengikuti ajang yang lebih tinggi, seperti Best Tourism Village yang digelar oleh Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO).
“Langkah ini menjadi pijakan agar Desa Les bisa bersaing di tingkat global,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Segare Gunung Desa Les, Nyoman Adiana, menegaskan kesiapan masyarakat dalam mendukung proses asesmen ini. Sejak ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2017, berbagai potensi alam, budaya, dan ekonomi lokal terus dikembangkan.
“Kami memiliki wisata bahari, air terjun, jalur trekking, hingga wisata edukasi pengelolaan sampah dan kebun organik. Produk UMKM seperti garam, gula lontar, minyak kelapa, dan arak juga menjadi bagian dari daya tarik,” ungkap Nadiana.
Selain itu, Desa Les juga mengembangkan konsep regenerative tourism, yakni pariwisata yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Pengelolaan homestay oleh warga, paket wisata berbasis budaya, serta promosi melalui situs web dan media sosial memperkuat daya tarik desa ini di pasar internasional, terutama dari Eropa.
Diharapkan melalui kegiatan ini, Desa Les mampu meraih sertifikasi desa wisata berkelanjutan dan semakin memperkokoh posisinya sebagai salah satu destinasi unggulan di Bali Utara. (Rka)