Pemkab Buleleng melalui Dinas Kebudayaan Buleleng menggelar “Workshop Olahraga Tradisional Menuju Jantra Tradisi Bali Tahun 2026” sebagai upaya memperkuat peran guru dalam pelestarian olahraga tradisional. Kegiatan ini menyasar guru SMP negeri dan swasta di Buleleng dengan menggandeng Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) Undiksha Singaraja, bertempat di Gedung GOR Olahraga Undiksha Jinengdalem, Jumat, (26/9).
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, I Nyoman Wisandika yang sekaligus membuka kegiatan tersebut mengatakan Jantra Tradisi Bali merupakan kegiatan apresiasi budaya untuk penguatan dan pemajuan kearifan lokal. Kegiatan ini juga menjadi implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
“Jantra Tradisi Bali tidak hanya ajang perlombaan, tetapi sarana menghidupkan kembali permainan rakyat dan olahraga tradisional agar dicintai generasi muda,” kata Wisandika
Jantra Tradisi Bali yang dirangkaikan dengan Pesta Kesenian Bali telah memasuki penyelenggaraan kelima pada 2025. Pemkab Buleleng melalui Dinas Kebudayaan secara konsisten mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Workshop ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas guru dalam mengembangkan olahraga tradisional di sekolah. Menurut Wisandika, olahraga tradisional memiliki nilai penting bukan hanya untuk kebugaran jasmani, tetapi juga untuk melatih sportivitas, tanggung jawab, menumbuhkan semangat kebahagiaan, dan mengajarkan nilai-nilai budi pekerti.
“Melalui Jantra Tradisi Bali, kita ingin menghidupkan kembali warisan budaya olahraga tradisional agar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari generasi muda,” ujar Wisandika.
Sementara itu, Guru SMPN 1 Atap Sukasada, Ketut Widi Trisnawati, menyampaikan bahwa pelatihan permainan tradisional yang diikutinya memberikan manfaat besar, khususnya dalam memacu semangat siswa untuk lebih mencintai budaya bangsa.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk memacu semangat anak-anak, sekaligus mengingatkan kembali betapa indahnya permainan tradisional. Jika tidak dilestarikan, permainan ini bisa punah,” ungkapnya.
Dalam proses pembelajaran, ia berencana memperkenalkan permainan tradisional kepada siswa melalui media video sebagai langkah awal, agar anak-anak lebih memahami gerakan dan nama permainannya. Setelah itu, siswa diajak bersama-sama mempraktikkan langsung gerakan maupun cara bermainnya.
“Harapan saya, anak-anak tidak hanya paham, tapi juga suka mempraktikkan permainan tradisional ini. Apalagi kegiatan ini akan terus dilaksanakan setiap tahun di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB). Tentu jangka panjangnya bisa semakin menumbuhkan kecintaan terhadap budaya kita,” tambahnya. (Ag)